Surabaya (KASTV) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengakui, bahwa angka perempuan atau istri yang mengajukan cerai di Jawa Timur lebih banyak dibandingkan laki laki atau suami.
Berdasarkan data Pengadilan Agama, per Januari - Oktober 2022, angka cerai gugat di Jawa Timur, sebanyak 53.332 kasus, sedangkan angka cerai talak sebanyak 20.675 kasus. Ia menyebut, cerai gugat perempuan lebih besar dibanding cerai talak.
"Salah satu penyebab angka cerai gugat lebih besar dibanding cerai talak, karena kesempatan perempuan di bidang kewirausahaan lebih besar untuk menghidupi keluarganya," ujarnya, Rabu (14/12/2022).
Oleh karena itu, Gubernur Khofifah mengajak pasangan suami istri tidak melihat hubungan suami istri sebagai hubungan kuasa. Atau siapa yang berpenghasilan lebih besar, akan merasa menjadi lebih dominan.
"Tetapi Allah memberikan rejeki bisa melalui istri bisa melalui suami. Maka hubungan suami istri harus dibangun harmonis bukan sebagai relasi kuasa," sebut Khofifah.
Angka Januari - Oktober 2022 tersebut, tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2021 lalu. Dimana jumlah cerai gugat sebanyak 63.006 kasus, dan cerai talak sebanyak 25.038 kasus.
"Sama-sama kita mengintroduksi langkah-langkah solutif bersama, dan Alhamdulillah Januari sampai Oktober 2022 perceraian di Jatim menjadi turun. Semoga bisa terus kita turunkan angka perceraian di Jatim," imbuhnya.
Khofifah melanjutkan, Pengadilan Tinggi Agama, Kanwil Kemenag, BKKBN, MUI, dan Pemprov Jatim telah melakukan inisiatif berupa penandatanganan pakta integritas perihal ketahanan keluarga dan pencegahan dispensasi perkawinan usia dini di momen Hari Keluarga Nasional.
Serta, optimalisasi peran Puspaga (Pusat pembelajaran Keluarga) dan organisasi perempuan lainnya untuk konseling keluarga.
Khofifah pun berpesan agar konseling pra-nikah digencarkan sebagai syarat mutlak pernikahan. Harapnya, calon pengantin akan mendapatkan pembekalan untuk membangun keluarga yang harmonis, toleran, dan sarat akan moderasi.
Ditambah, program pemberdayaan ekonomi keluarga untuk menekan tingkat perceraian sebab permasalahan ekonomi. (Diana)