OPINI : BUNG KECIL DENGAN PIKIRAN BESAR

OPINI : BUNG KECIL DENGAN PIKIRAN BESAR



 Oleh Budiana Irmawan

(Pemerhati Kebijakan Publik)

Hiruk-pikuk partai politik dewasa ini tidak bisa lepas dari andil Bung Kecil. Perawakannya tidak segagah Bung Karno, tetapi Sutan Sjahrir yang oleh kawan-kawan seperjuangan dipanggil Bung Kecil memiliki pikiran besar.


Sejak awal republik berdiri, ia kerap kali melakukan terobosan (breaktrough) di tengah kebuntuan politik. Ketika Bung Karno ditangkap Belanda dan PNI (Partai Nasionalis Indonesia) dibubarkan tahun 1930, bersama Bung Hatta mendirikan PNI-Pendidikan. Menurut Sutan Sjahrir, melepaskan belenggu kolonialisme dibutuhkan orang-orang militan terdidik tidak tergantung kepada seorang figur. PNI tercerai-berai pasca Bung Karno ditangkap membuktikan pikirannya.


Era pendudukan Jepang, memilih bergerak di bawah tanah. Dan menjelang peristiwa proklamasi kemerdekaan berselisih paham dengan Bung Karno. Penilaian Sutan Sjahrir, Jepang akan kalah dalam Perang Dunia II. Sementara Bung Karno meyakini kolaborasi pintu keluar meraih kemerdekaan. Inilah yang melatari peristiwa Rengasdengklok.


Jaringang bawah tanah kelompok Sutan Sjahrir diam-diam mendengarkan radio mengetahui perkembangan perang di kawasan Asia Pasifik. Tindakan membutuhkan keberanian ketika itu. Mendengarkan radio bisa ditangkap Kempetai polisi rahasia Jepang, jangan membayangkan seperti keadaan sekarang.


Langkah Bung Karno dan Bung Hatta kolaborasi dengan Jepang mengakibatkan keduanya dituduh antek fasis. Situasi sangat menyulitkan bagi negara yang baru memproklamasikan kemerdekaan, pemimpinnya diadili di Mahkamah Internasional sebagai penjahat perang.


Beruntung Wakil Presiden Mohammad Hatta menandatangani Maklumat X tertanggal 3 November 1945. Keputusan yang menunjuk Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan BP-KNIP ditetapkan sebagai lembaga legislatif.


Maklumat X langkah brilian pendiri bangsa mengubah lanskap politik menjadi demokratis, sekaligus membantah tuduhan Sekutu bahwa kemerdekaan republik produk fasis Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta pun selamat, dan sejak itu pula berdiri partai pilitik dengan berbagai identitas aliran ideologi.


Terobosan Sutan Sjahrir paling monumental adalah mengadakan Perjanjian Linggarjati. Kendati dicibir kelompok kiri lain, termasuk Amir Syarifudin kawan seperjuangan di PS (Partai Sosialis). Perbedaan pandangan ini membuat perpecahan, dan Bung Kecil kemudian pada tanggal 12 Februari 1948 mendeklarasikan PSI (Partai Sosialis Indonesia).


Pengakuan Belanda atas kemerdekaan Jawa, Madura, dan Sumatera harus dilihat langkah awal kemenangan diplomasi. Republik Indonesia memiliki hak kedudukan hukum (legal standing) sebagai negara berdaulat.


Pada Sidang Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) 14 Agustus 1947 di Lake Success, New York, pidato Sutan Sjahrir mampu menggetarkan dunia internasional. Dari sana muncul simpati pengakuan kedaulatan republik dari negara-negara anggota PBB.


Jika, Partai Sosialis Indonesia masih berdiri sekarang kita memperingati 75 tahun. Partai yang ia dirikan memang kalah pada Pemilu 1955, bahkan dibubarkan lewat keputusan Presiden Soekarno tahun 1960.


Kekalahan yang juga mengundang sinisme. Partai Sosialis Indonesia dianggap elitis hanya kumpulan kaum cendekia, dan bodoh memobilisasi masa. Kenyataan yang sebenarnya disadari, karena Sutan Sjahrir lebih menekankan pedagogi ketimbang demagogi.


Jalan politik Bung Kecil sangat terjal melelahkan. Namun pilihannya justru kian relevan, saat sekarang semua partai politik nyaris miskin etika dan pikiran besar.*

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال