SKENARIO TUHAN

SKENARIO TUHAN


Oleh : Indra Adil

Eksponen PKM IPB 77/78


Bagaikan Burung hinggap di Pohon yang Kerontang, Pemimpinnya tinggal bertengger sendirian. Seluruh burung-burung yang biasa berkumpul di sekitar Sang Pemimpin selama bertahun-tahun di Pohon yang Rimbun, telah berangkat Menyongsong Era Baru yang Anggun. Tak seekor Burung pun yang bisa diajak berpantun. Sungguh menyesakkan hati. Dan menyiksa diri. Begitulah situasi Jokowi terkini.


Skenario Tuhan.


Siapa menyangka, seorang Jenderal Polisi Bintang 2 paling berpengaruh di Polri, tega menembak Ajudannya sendiri. Maka terbunuhlah Joshua. Kenapa terbunuhnya seorang berpangkat rendah oleh seorang berpangkat tinggi di tempat tertutup bisa berakibat begitu fatal? Padahal sesungguhnya mudah saja membenamkan kasus tersebut. Bukankah sebelumnya terbunuhnya 6 orang, sekali lagi 6 orang Anggota FPI di tempat terbuka, sekali lagi di tempat terbuka, dengan sangat mudah diredam? Itulah kata kuncinya. FPI, Forum Pembela Islam. Ada kata Islamnya. Coba kalau Joshua beragama Islam, dengan mudah Sambo menyatakan Joshua adalah Teroris Islam Radikal yang menyusup ke Institusi Polri. Masalah selesai. Tapi karena Joshua non Islam, Sambo (sebut Polri) mati langkah. Maka kasus meledakkan Bom Atomnya.


Siapa menyangka, akibat meledaknya Bom Joshua, meledak pula Bom yang lebih besar. Apa itu? Terbongkarnya di dalam Institusi Polri, berkelindannya segala jenis Mafia. Mulai Mafia Narkoba, Mafia Judi, Mafia Tambang, Mafia Jabatan sampai Mafia Peradilan berkelindan mempermainkan Kekuasaan. Tak ada yang menskenariokan permainan Setan ini menjadi berantakan, kecuali Tuhan.


Siapa menyangka, muncul seseorang dari penjara yang merasa keluarganya dianiaya selama ia dalam penjara, tiba-tiba menuntut Presiden karena Berijazah Palsu, yang membuat Sang Presiden yang sudah terpuruk secara moral semakin terpuruk secara mental. Sudahlah ditinggal banyak pendukungnya, kini semua mata tertuju kepadanya tanpa ia berani menantang mata-mata masyarakat yang turut menuntut Keabsahan Ijazah-Ijazahnya.


Semua tanpa skenario siapa pun. Penulis sendiri pernah mewawancarai si Penuntut Ijazah Palsu tersebut yang bernama Bambang Tri. Penulis menemukan kesan kuat bahwa Bambang Tri bersikap sungguh-sungguh dan jujur dalam jawaban-jawabannya. Pembaca bisa menonton kembali wawancara tersebut dengan mengklik You Tube dan mengetik Eksponen PKM IPB 77/78, Bambang Tri akan berceritera tentang dirinya yang berasal dari desa. Seorang lugu yang jauh dari hiruk pikuk politik dan jauh dari tokoh-tokoh busuk di Ibukota.


Kini Bambang Tri ditinggal seluruh Pengacaranya akibat ulahnya sendiri, begitu menurut berita. Akan tetapi saat Penulis sempat menemuinya setelah Sidang Pengadilan Terakhir yang dijalaninya bersama Pengacaranya, meski hanya beberapa detik, ia sempat memeluk erat Penulis dan menangis serta berkata bahwa ia dikhianati. Dikhianati siapa, ia tak sempat bicara karena segera ditarik Penjaganya. Kini Bambang Tri dituntut Jaksa 10 tahun penjara tanpa didampingi Pengacara.


Sampai kini Penulis belum mampu menduga siapa Pengkhianat Bambang Tri? Mungkin Pengacaranya atau mungkin juga Gus Nur, atau ada pihak lain di luar yang kita ketahui secara kasat mata dan telinga. Entahlah. Kedua pihak yang dalam proses Pengadilan selama ini bersamanya, berpotensi mengkhianati Bambang Tri. Meskipun demikian, Penulis cukup puas karena sempat memberikan Dana Simpati senilai 3,5 juta rupiah untuknya dari sahabat-sahabat PKM IPB 77/78. Dan kasus ini menjadi “casus belli” yang turut mendegradasi Rezim.


Siapa menyangka akibat penganiayaan oleh seorang anak pelayan keuangan, akan terbongkar permainan Pajak Pendapatan Kenegaraan. Kemudian siapa pula yang akan menyangka pembongkaran keuangan di Pajak Pendapatan Kenegaraan, merembet ke Lembaga Bea dan Cukai dan membongkar pula permainan Pencucian Uang ratusan Trilyun di Kementerian Keuangan. Tak ada yang menskenariokan semua hal ini kecuali Tuhan.


Adakah pihak yang berani menyatakan bahwa semua kejadian di atas adalah perbuatan yang berasal dari oposisi pemerintahan? Adakah yang berani menyatakan bahwa terbongkarnya semua kebusukan Rezim adalah akibat perbuatan para pembenci? Tak ada dan tidak bakal ada yang berani menyatakan bahwa semua kebusukan ini terbongkar karena perbuatan mereka yang tidak suka pada Penguasa. Karena ini memang bukan Skenario siapa-siapa kecuali Skenario Yang Maha Kuasa.


Jalani Saja.


Ada pemeo, “Ikuti saja bagai Air Mengalir”. Pemeo yang paling tepat untuk saat ini. Undang-undang sudah ada, Aturan sudah disahkan, Aparat Terkait sudah ditetapkan, Kesepakatan sudah ditentukan. Tak usah lagi ada Rekayasa. Rekayasa pengaturan Kelanjutan Kekuasaan untuk Tetap Berkuasa. Jalani saja. Bila Penguasa merasa telah berbuat jasa untuk Bangsa, kenapa takut bila tak berkuasa? Kenapa takut untuk kembali menjadi Rakyat Biasa? Sekali lagi jalani saja. Ikuti air mengalir sampai di mana.


Jangan lagi coba-coba mengatur semua. Semua sudah dewasa untuk mengetahui apa dan siapa Pengatur Kecurangan Kotak Suara. Semua sudah dewasa untuk mengawasi Penghitungan Surat Suara. Bahkan semua sudah dewasa untuk mengetahui Kecurangan ada di mana. Bila ada Peluang melakukan Kecurangan Tingkat Dunia, Skenario Tuhan akan menghentikannya. Mulailah belajar. Belajar untuk Mengalah. Belajar untuk Tidak Serakah. Belajar untuk Masuk ke Dalam Tanah.


Buat Tuan-Tuan yang masih Ngotot dengan Mata Melotot. Yang tidak merasa bahwa Junjungannya diangkat dari Dalam Got. Yang juga tidak merasa bahwa dirinya sudah Bolot dan Kolot. Usahlah menjadi Idiot. Karena Era Keterbukaan tak Mengijinkan seorangpun bisa Menyembunyikan Kebusukan. Sekian Tuan-Tuan. Untuk Tuan-Tuan pahami, bahwa yang Tuan-Tuan hadapi, adalah Skenario Tuhan. Siapa yang pernah Menang melawan Skenario Tuhan?


Bekasi, Rabu 29 Maret 2023

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال