Opini :
Penulis : Patar Sihotang, SH.,MH., (Ketua Umum Pemantau Keuangan Negara)
Jakarta 5 Mei 2023
Kontestasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Tahun 2023, ada sebagian daerah menyebut juga Pemilihan Kepala Kampung (Pilkakam), ada juga Kepala Daerah (Pilkada), Pemilihan Legeslatif (Pileg) dan banyak diikuti kontestan dari berbagai pemahaman dan latar belakang yang berbeda, juga denga Visi misi berbeda bahkan niatan terselubung demi sebuah kepentingan.
Diera tahun 80-an menjadi pejabat Pemerintahan di Desa atau Kampung bukanlah suatu hal yang menjadi rebutan, namun pada zaman itu seorang calon pemimpin tahu benar bahwa mandat untuk menjadi pemimpin haruslah amanah, memprioritaskan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, keluarga atau golongan.
Di zaman modern ini pemilihan Kepala Desa yang digelar serentak di beberapa daerah, Pemilihan Kepala Daerah, Wakil Rakyat bahkan Presiden menjadi debut yang sengit dan kerap menghalalkan segala cara bahkan hingga melanggar hukum.
Para kandidat berupaya semaksimal mungkin merebut hati masyarakat dengan beragam bujuk rayu, janji manis bahkan aksi tipu-tipu juga money politik kerap jadi andalan.
Jika masih dalam masa pemilihan saja sudah berani banyak menebar janji-janji bahkan menebar uang politik, maka dipastikan calon pemimpin tersebut akan berindikasi gemar Korupsi bahkan mendekati pasti.
Masyarakat saat ini dihadapkan dengan penomena zaman edan, zaman dimana menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal untuk mencapai kemenangan dalam kontestasi politik, banyak saudara jadi pecah persaudaraannya, Banyak permusuhan terselubung bahkan terang-terangan terjadi di depan mata anak bangsa.
Perebutan kekuasaan membutakan para kontestan, bahkan ada dijumpai pasangan suami istri berbarengan menjadi kontestas calon Kepala Kampung di Kampung yang sama, diindikasi demi mencapai sebuah mimpi mengusai Dana Desa miliyaran rupiah dan mengkorupsinya bak kelakuan kucing garong.
Inikah yang menjadi visi misi para calon pencuri uang rakyat ikut serta dalam pesta rakyat berpura-pura merakyat.
Pengalaman mengajarkan kita akan sebuah penyesalan jika salah dalam memilih pemimpin, lima hingga enam tahun pembangunan mandek, jalan dan inprastruktur hancur, kubangan di jalan menjadi pemandangan setiap sudut negeri ini, sementara para pejabat hidup mewah dengan uang hasil jarahan dari uang rakyat yang kelaparan, kekurangan, mengeluh bahkan menjerit namun seolah tidak ada yang peduli.
Harga hasil bumi milik petani tak ada nilai harganya, sementara harga barang yang dikuasai mafia-mafia rakus membumbung tinggi selangit harganya, penegakan hukum hanya slogan belaka, Koar-koar anti Korupsi namun tetap Koruptor yang menggarong uang rakyat tetap hidup santai tak tersentuh hukum terkesan kebal hukum atau penegak hukumnya yang kurang ilmu hukum atau telah mendapat sogokan, Entahlah !
Hai Pemuda Bangsa,, Ibu Pertiwi sedang disandra Koruptor berdasi, saatnya kalian bangkit selamatkan negeri ini dari jajahan penjahat korupsi yang berkedok pejabat dan pemimpin Korup, bangkitlah dari diam mu, Bersatulah Selamatkan Negeri ini !
Semoga masih akan ada calon kandidat dan kontestan calon pemimpin masayarakt dan negeri ini yang tulus dalam mengabdi untuk masyarakat dan untuk Ibu pertiwi yang cinta serta sayang pada masyarakat dan takut pada Keadilan Tuhan.
Tags
SOSIAL