Orangtua Anak Yang Masih Duduk Di Bangku SMP Merasa Kesal Atas Tindakan Oknum Guru Disekolah
MEDAN (KASUARITV)– Disayangkan tindakan pihak yayasan keluarkan anak dari sekolah tanpa surat peringatan Orangtua FA (14)merasa kecewa, siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu Khairul Imam Jalan STM Ujung/Suka Teguh No 1 Medan, Sumatera Utara mempertanyakan alasan dikeluarkannya (DO) sang anak dari sekolah yang dianggap sewenang-wenang.
Kepada awak media salah seorang rekan media yang tak diungkap namanya memberikan informasi kepada awak media atas kejadian dari Orangtua anak menuturkan kaget dan kecewa terhadap keputusan pihak sekolah yang selama ini telah mempercayakan anaknya menutut ilmu di SMP Islam Terpadu Khairul Imam.
Ia juga menilai pihak sekolah mengeluarkan anaknya secara sepihak tanpa pernah memanggil orangtua.
Orangtua siswa, RWS (38) dan
MY (43) mengatakan, dirinya mendapatkan surat dikeluarkannya sang anak dari sekolah pada Rabu (18/10/2023) yang dititipkan ke anak satu lagi juga bersekolah di yayasan itu.
Surat berlogo Yayasan nomor 279/SMP.IT-KI/03/X/2023, perihal pengembalian siswa kepada orangtua/wali tertanggal 18 Oktober 2023, ditandatangi kepala sekolah SMP Islam Terpadu, Saipul Bahri Dalimunthe dan PKS Kesiswaan, Rosdiansyah.
Dalam suratnya ditulis, siswa tersebut telah melakukan pelanggaran tingkat V (lima) dalam hal melawan guru dan membuat ketidaknyamanan di lingkungan sekolah.
RWS mengungkapkan, sang anak dikeluarkan dari sekolah dibawa naungan Yayasan Khairul Imam tanpa ada surat peringatan membuat orangtua geram dan keberatan atas tindakan itu.
Kepada wartawan, Kamis (19/10/2023) siang orangtua siswa menceritakan kronologis sebelum sang anak dikeluarkan dan diusir dari sekolah.
Kedua orangtua siswa mengatakan, sebelum surat DO dikeluarkan sekolah, sang anak sempat mengalami tindakan dugaan kekerasan, pengancaman dan penganiayaan dari seorang oknum pengurus Yayasan berinisial IF dengan cara mencekik, menonjok (memukul) serta menabrak pakai sepeda.
RWS menceritakan, awalnya seorang temannya sang anak dikelas, ketahuan merokok di dalam toilet masjid ketika hendak sholat. Lalu, sang anak mengetahui siapa siswa yang merokok, kemudian memberitahukannya kepada guru bahwa ada siswa merokok di dalam toilet.
Setelah mendapat laporan itu, guru bertanya kepada siswa yang merokok. Karena penasaran siswa bertanya pada guru siapa yang melaporkan. Sialnya, guru malah memberitahukan nama FA. Sejak itu siswa (yang merokok) mungkin tak terima, marah hingga menyimpan amarah terhadap FA dan kerap terjadi peristiwa pembullyan.
“Sejak itulah anak saya FA sering dibully oleh teman-temannya disekolah, sering diganggu, suka diusilin, dipancing-pancinglah emosinya. Setelah ketahuan anak saya yang melapor, dihari selanjutnya anak saya sering diajak temannya merokok dengan mengatakan merokok itu enak,” kata RWS bersama suaminya, MY.
Meski sering diajak merokok oleh temannya, sang anak tidak terpengaruh dan tak pernah mengikuti ajakan itu. Malah sang anak melaporkannya kepada kedua orangtuanya, lantaran sebelumnya orangtua berpesan pada anak supaya tidak meladeni atau melawan, nasehat itu pun di jalankan dengan baik.
lanjutnya MY, saat kegiatan olahraga, temannya (yang ketahuan merokok) melotot terhadap sang anak dengan sinis, lalu keras pula menendang bola ke arah alat vitalnya, saat itu tidak melawan dan dibiarkan begitu saja karena teringat nasehat orangtua untuk tidak pernah meladeni.
“Minggu berikutnya, mereka main bola dan dibuat lagi seperti itu (bola ditendang ke arah alat vital) yang kedua kali, sambil kesakitan anak saya mendatangi temannya, lalu dilarang dan dilerai kawannya, sambil menyebut ‘jangan jangan kau datangi dia. Berdebatlah mereka sambil menyebut ‘jangan sok keras kau disini’, mereka adu debat waktu itu,” tukas MY.
Usai berdebat mereka saling memisahkan diri, saat itu mungkin dilihat Yayasan, karenanya secara spontan sang anak ditabrak dari samping pakai sepeda oleh oknum pengurus Yayasan berinisial IF. Sang anak terkejut dan bertanya ‘ada apa ini Ibu’, setelah ditanya sepedanya dicampakkan, tangan sang anak digenggam lalu membusungkan dada seperti menantang sambil melotot ke anaknya.
“Ditangkis anak saya dan terlepaslah satu tangan, ditariknya tangan diduga mencekik leher anakku sambil melotot (saat itu tidak ada siapa-siapa dilokasi), setelah ditangkis dipukulnya perut dan ditangkis lagi sama anak saya.
Baru setelah itu datang guru olah raga untuk memisahkan,” ujar MY bersama istrinya.
Setelah dilerai oleh guru olah raga, diduga oknum inisial IF (pengurus Yayasan) datang menjerit-jerit sambil mengata-ngatai sang anak dengan menyebut anak setan, anak anjing, anak brengsek. Selanjutnya keluar kalimat ancaman ‘Awas kamu jangan nampak lagi di sekolah ini’.
“Sambil teriak-teriak dia (oknum IF) mengancam anak saya. Saya sebagai orangtua sangat fatal dengan kata-kata itu dan tidak terima atas makian maupun ancaman itu,” tegas MY.
Lanjut orangtuanya, pada Rabu 18 Oktober 2023, sekitar pukul 14.00 WIB, sang anak diusir dari sekolah saat jam pelajaran berlangsung, tidak boleh berada di lingkungan sekolah. Anaknya diantar guru hingga ke depan pagar dan disitu anaknya di usir, sambil mengeluarkan kalimat pada anak ‘jangan ada lagi di sekolah itu’.
“Setelah diusir, saya dan istri ditelepon guru disuruh menjemput anak, kemudian saya tinggalkan semua pekerjaan untuk menjemputnya dan bertemulah kami dijalan dengan kondisi menangis, wajah memerah, dan ketakutan diluar lingkungan sekolah dan masih jam pelajaran,” tukas dia.
Dikatakan, sejak itu hingga saat ini tidak ada pihak sekolah atau Yayasan yang menghubungi mereka selaku orangtua, entah peristiwa apa yang dialami sang anak sehingga terjadi pengusiran paksa terhadap anak didik sekolah.
“Guru hanya menghubungi meminta anak dijemput di sekolah, saya jemput tanpa ada siapapun, saat itu saya jemput di luar sekolah pada jam pelajaran. Sampai saat ini pihak guru, sekolah dan Yayasan tidak ada menghubungi kami orangtuanya. Kami tidak pernah dipanggil bahwa ada masalah. Jika memang anak kami bermasalah kenapa di sekolah bisa mengemban tugas sebagai seksi OSIS bagian keolahragaan,” pungkas dia.
Mirisnya, imbuh RWS, uang Outing (tamasya) yang akan digelar Jumat (20/10/2023) juga dipulangkan dengan cara tak pantas menggunakan amplop disatukan bersama surat DO yang dikeluarkan tanpa ada konfirmasi apapun dari guru, sekolah, atau yayasan hingga saat ini.
“Sampai surat DO ini tiba ditangan kami orangtuanya tidak pernah ada dipanggil guru, sekolah dan Yayasan untuk mediasi atau konfirmasi masalah yang dihadapi anak saya sebelumnya,” tambahnya.
Bahkan, surat DO pun dititipkan pada adeknya yang pulang sekolah jam 5 sore tanpa ada saling menghargai. Oleh karena itu, orangtua memohon kejelasan apa maksud keluarnya surat yang berisi pelanggaran tingkat 5, dan apa maksud tujuan surat tanpa ada konfirmasi.
“Sekarang anak kami stres depresi di rumah, sering mengeluh mengatakan bagaimana cara mengejar cita-cita kalau tidak bisa sekolah,” kata MY meniruskan ucapan sang anak yang di DO.
Selain itu, dampak dari dikeluarkannya sang anak dari sekolah, sangat berdampak terhadap adeknya yang juga sekolah serupa, karena teman-temannya mengatai abangnya di DO, adeknya pun malu di sekolah.
Dikonfirmasi terpisah terkait masalah anak didiknya pada pihak Yayasan Khairul Imam, SMP Islam Terpadu Khairul Imam tidak berhasil bertemu kepala sekolah dan pengurus Yayasan, bahkan dikatakan tak berkenan menerima kehadiran awak media untuk kepentingan klarifikasi berita.
“Dari pihak yayasan begitu, sudah saya konfirmasi beliau bilang kalau pihak media tidak bisa ketemu dulu. Barusan dari dalam (yayasan) bilang wartawan tidak bisa dan belum boleh konfirmasi,” kata pengawas mengaku bernama Miftah, Kamis (19/10/2023) pukul 14.49 WIB.
(Rep. Y Giawa)