Opini oleh Dr. Suriyanto Pd, SH, MH, M. Kn
Suhu politik jelang pelaksanaan pemilu 2024 semakin memanas paska pendaftaran para capres dan cawapres yang diusung Partai Politiknya masing-masing calon. Rebutan kursi Presiden dan Wakil Presiden periode 2024-2029 semakin terang-terangan tanpa ada lagi etika demokrasi yang layak dan benar sesuai aturan.
Cita-cita Reformasi yang diperjuangakan dengan nyawa dan darah oleh para mahasiswa dan aktivis seolah tidak ada lagi gaungnya di pemilu kali ini. Hal ini disebabkan adanya pelanggaran dan pemaksaan konstitusi untuk memenuhi sahwat politik dalam merebut kursi kekuasaan dengan dalih-dalih yang tidak masuk akal sehat dan tidak lagi dapat di bahas dengan ilmu dan kecerdasan. Yang mana cita-cita reformasi dilakukan untuk memberangus KKN dan menjalankan Demokrasi di Bumi Pancasila Indonesia di era Orde Baru pupus dan punah.
Kejahatan kolusi yang dijalankan saat ini sangat mencolok dan terbuka tanpa rasa malu alias terang terangan, kerjasama untuk maksud dan tujuan tidak terpuji dan persekongkolan di jadikan satu pembenaran, nepotismepun di jalankan untuk memuluskan nafsu birahi dinasti kepemimpinan dengan alasan untuk meneruskan kerja-kerja yang sebenarnya hanya untuk kepentingan keluarga atau sanak saudara atau kerabat dengan dalih melanjutkan.
Sadar atau tidak sadar hal ini terjadi dan di dukung oleh para kaum cerdik pandai yang tengah kehilangan akal sehat, budi pekerti dengan pendidikan tertinggi,sangat terpelajar dan pengalaman politik tingkat dewa yang sesat hanya karena nafsu duniawi yang mengesampingkan Hukum Tuhan, untuk menjadi pemimpin.
Apa yang terjadi saat ini hendaknya masyarakat sadar untuk turut mengantisipasi munculnya kembali penyakit KKN yang mendegradasi cita-cita Reformasi pada pemilu 2024 di Indonesia yakni Pokitik Buta Mata Hati yang tidak takut dengan Hukum Tuhan.
Mari kita pilih Pemimpin yang berintegritas yang memiliki kapasitas sebagai Pemimpin Bangsa Indonesia di pemilu 2024 mendatang, Pemimpin yang tidak berbohong terhadap publik dan bertanggung jawab terhadap masyarakat yang memilih tanpa membodohi masyarakatnya.