Sitti Asripa Atau Ibu Tholib Tagih Janji Mantan Gubernur Papua Barat

Sitti Asripa Atau Ibu Tholib Tagih Janji Mantan Gubernur Papua Barat

SORONG (KASTV) - POLITIK Merupakan salah satu event bergengsi dan bermartabat di dunia apalagi setingkat negara kita tercinta Indonesia, tidak di sangka di dalam pesta demokrasi yang bergengsi itu tersimpat segudang tumpukan penipuan dan janji-janji manis yang diutarakan oleh calon politik yang akan maju dan bertarung pada Pileg, Pilpres dan Pilkada.


Hal serupa di alami oleh salah seorang janda yang berusia 48 Tahun yang mana telah bekerja sama dengan seorang calon Kepala daerah di provinsi Papua Barat kala itu, dan calon tersebut telah berhasil menduduki kursi Emas Gubernur.


Benarlah peribahasa Indonesia yang begitu unik KACANG LUPA KULIT, Itulah yang di lakukan oleh mantan Gubernur papua barat Dominggus Mandacan kepada Ibu Tohlip.


Siti Asripah atau yang sering di sapa ibu Tohlip itu bercerita, semenjak Almarhum suaminya Bapak Tohlip masih hidup, kontrak politik yang dilakukan dengan Dominggus Mandacan yang mana sebagai seorang calon gubernur semenjak 19 November 2011 silam, yang saat itu masih menjabat sebagai seorang bupati difinitif.


Dari hasil pencalonan  itu telah tertera sebuah surat kesepakatan yang mana memiliki dua tempelan meterai sekaligus, dengan nominal anggaran pribadi 965 juta rupiah. 


Uang 965 juta rupiah yang jumlahnya begitu fantastis bersumber dari hasil usaha koperasi serba usaha jaya, yang mana koperasi tersebut bergerak dalam dunia simpan pinjam untuk membantu warga dalam kebutuhan sehari-hari. 


Menariknya ketika pesta demokrasi PILKADA Provinsi Papua Barat dihelatkan berkali kali, ibu Tohlip bersama almarhum bapak tohlip sebagai mangsa santapan yang lezat korban penipuan PILKADA.


Ibu Tohlip bercerita kepada wartawan media ini, biaya pagelaran panggung politik yang dikeluarkan bukan cuma sebatas area Sorong dan Manokwari saja, akan tetapi mengantarkan massa pendukung pasangan calon gubernur Dominggus Mandacan hingga ke Kota Metropolitan JAKARTA.


Untuk menyaksikan pagelaran Debat Gubernur yang mana saat itu di promotori oleh salah satu stasion televisi menstrim di jakarta, kata Ibu tholip Rabu 24 januari 2024.


Saya dan almarhum suami, tidak pernah menduga keadaan sepahit dan sepuruk ini, yang di lakukan oleh seorang Dominggus Mandacan kepada kami 


""Bahkan selama mengikuti kontestasi politik ungkapan yang dilontarkan kepada kami berdua. Ia mengatan suami, bapak Tohlip dan Ibu Tohlip perjuangkan saya dulu dengan dana dan cara ibu dan bapak sendiri, ketika saya duduk saya akan lihat ibu dan bapak bersama keluarga, anak-anak ibu pun akan saya jadikan pegawai negeri sipil," kata Dominggus diceritakan Ibu Tohlip.


"Yang paling mendasar ketika sudah duduk sebagai seorang gubernur, saya berulang kali datang ke kota manokwari untuk mencari Bapak Dominggus, sesekali ketemu saat hari natal, dan ia cuma memberikan janji tolong mencari waktu, Ibu tunggu di hotel saja nanti saya kasi info atau telepon, tunggu demi tunggu berbulan bulan di hotel bapak dominggus pun tidak pernah memberikan info bahkan telepon, saya pun memutuskan untuk pulang dengan sejumlah kekecewa," katanya.


Yang jadi pertanyaan saya, masih tegakah pemimpin yang selevel orang nomor satu provinsi Papua Barat dengan hatinya yang begitu kuat menyusahkan seorang janda yang ekonominya lagi terpuruk?  


"Dimana hati iba seorang bapak dan pemimpin terhadap kesusahan yang di derita oleh seorang janda yang sudah begitu terpuruk kehidupan ekonominya," kata ibu tohlip sekitar 9:30 WIT.


Lebih parahnya lagi, usai penandatangan surat kesepakatan kontrak politik yang di tempelkan dua meterai sekaligus.


"Bahasa yang dilontarkan oleh calon Gubernur, ketika saya duduk di puncak terhormat orang nomor satu Provinsi Papua Barat dan surat ini di antarkan jangan sampai ada orang lain yang tahu, yang wajib tahu hanya kita-kita saja ya!," pintanya.


Dari hasil tata bahasa itu publik seantero jagat haruslah mampu mengnalisis jika sudah ada niat yang tertanam dalam diri calon politik untuk menghindar dari hasil kesepakatan tersebut, 


"Benarlah bahasa filosofis, ketika politik mengajarkan bahwa tugas politik sesungguhnya melaksanakan tugas rakyat, namun yang terjadi mereka hanya mementingkan diri sendiri,"Joseph Schumpeter.


Dari Kota Sorong

SR.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال