Catatan Risdiana Wiryatni
Gelaran pemilihan umum telah selesai. Saat ini Komisi Pemilihan Umum bekerja keras untuk menyelesaikan tahapan berikutnya, menghitung rekapitulasi hasil penghitungan suara. Kita semua seluruh anak bangsa, tentu berharap lahir pemimpin bangsa, yang akan meneruskan estafet pembangunan untuk lima tahun ke depan.
Menang dan kalah adalah merupakan adat pertandingan, termasuk pemilu. Mereka yang kalah perlu legawa dan yang menang harus merangkul semuanya. Bagaimanapun, pemilu hanyalah proses untuk mencapai tujuan bangsa yang lebih besar. Karena itu, tak perlu menyikapi hasil pemilu dengan emosional, apalagi sampai memicu perpecahan di masyarakat.
Saat tahapan pemilu dimulai, Komisi Pemilihan Umum menggelar deklarasi “Siap Menang, Siap Kalah”. Artinya, siapapun yang kalah dalam kontestasi pemilu [pilpres] harus menerima hasilnya, dan kemudian bangkit spirit baru untuk bersama-sama membangun bangsa. Demikian pula yang menang, tidak terjebak uforia kemenangan, dan merangkul yang pihak yang kalah, untuk bersama-sama membangun demi kepentingan bangsa dan negara.
Namun dalam praktiknya, tidak semua orang, baik yang menjadi peserta maupun pendukungnya, siap menghadapi hasil pemilu. Semua orang tentu ingin menang, tetapi tidak semua orang siap dan sanggup menerima kekalahan.
Ketika menghadapi kekalahan, kita pun memaklumi dengan pihak-pihak yang merasa kecewa. Namun, manusia itu pada dasarnya lemah. Manusia seringkali merasa mampu mengatur segala hal dalam hidupnya, merasa bisa mengendalikan apapun yang ada di sekitarnya. Padahal sejatinya manusia hanya bisa berusaha keras untuk bisa mewujudkan keinginannya dan mereka tidak bisa memastikan 100 persen hasilnya.
Dari sudut pandang psikologi, manusia juga cenderung memercayai bahwa pikiran atau pendapatnya adalah yang paling benar. Akibatnya, saat hasil tidak sesuai harapan, ketika ekspektasi tidak terealisasi, seringkali memunculkan stres, kepanikan, hingga putus asa. Ekspektasi itu akhirnya mengungkung pikiran dan perasaan manusia hingga membuat mereka merasa tidak berdaya.
Roda hidup membuat semua orang memiliki peluang untuk menang dan kalah dalam semua hal. Tidak ada orang yang bisa menang segalanya atau kalah selamanya. Karena itu, setiap orang perlu memiliki kesadaran bahwa apapun yang mereka perjuangkan sama-sama mempunyai potensi untuk berhasil atau gagal.
Mensikapi hasil pemilu ini, apapun hasilnya harus kita terima. Kalau misalnya nanti ada pelanggaran, ya harus diproses. Karena setiap pelanggaran, itu diberi peluang oleh ketentuan, untuk diproses di dalam mekanisme yang sudah ditentukan sampai ke Mahkamah Konstitusi (MK),
Perbedaan pendapat dalam pilihan Pilpres, hal itu sesuatu yang umum terjadi, seluruh pihak agar dapat menerima dengan bijak apa pun hasil dari Pemilu 2024. Untuk kepentingan bangsa yang lebih besar, setelah Pemilu pun perlu ada rekonsiliasi dan akomodasi agar tidak ada istilah the winners take all (pemenang mengambil alih semuanya) dan menyingkirkan yang kalah.
Pemilu merupakan instrumen mewujudkan tujuan bernegara, yaitu mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan umum. Semua pihak untuk pihak untuk membangun kebersamaan dalam membangun Indonesia.
Marilah semua kita hadapi dengan gembira, semua kita hadapi dengan jiwa besar, dengan sikap ksatria, semua harus siap menerima apapun hasil Pemilu itu. Yang menang jangan jumawa, yang kalah tetap legowo dan kemudian harus ada akomodasi dan rekonsiliasi.
The winners take all juga bukan bagian dari karakter dan sistem politik di Indonesia. Ia berpendapat, politik di Indonesia tidak mengenal oposisi, tidak mengenal adanya pemerintah yang berkuasa, dan partai yang beroposisi.
Saat ini merupakan momentum tepat untuk melakukan rekonsiliasi nasional. Kita harus memperkuat kesadaran bersama mengenai pentingnya ikatan persatuan bangsa Indonesia.
Saatnya rekonsiliasi nasional dan mewujudkan harmoni, menguatkan ikatan persatuan nasional kita, membangun Indonesia menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.
Meski baru memasuki penghitungan sementara, saya secara pribadi mengucapkan selamat atas capaian kinerja paslon capres-cawapres nomor urut 2 Bapak Prabowo Subianto-Bapak Gibran Rakabuming Raka. Semoga setelah ditetapkan dan dilantik menjadi presiden dan wakil presiden, bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Depok, 19 Februari 2024
Risdiana Wiryatni – CEO Kinerja Group