JAKARTA
- Kecelakaan maut di Tol Jakarta-Cikampek (Japek) KM 58 pada Senin (8/4/2024)
pagi telah merenggut nyawa 12 orang penumpang mobil Grand Max. Ironisnya,
seluruh korban tewas terbakar sehingga sulit dikenali.
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengungkapkan,
ribuan kendaraan jenis Grand Max beroperasi sebagai travel gelap di sepanjang
jalur tol Jakarta hingga Jawa Tengah. Diduga kuat, Grand Max yang terbakar di
Tol Japek merupakan salah satu dari mereka.
Parahnya lagi, banyak sopir Grand Max ini masih di bawah
umur, bahkan di bawah 17 tahun.
"Banyak sopir travel gelap di bawah umur, rata-rata
belum punya SIM," ungkap Djoko, Selasa (9/4/2024). Pemilik
kendaraan pun tidak jelas. Akibatnya, saat terjadi kecelakaan seperti di Tol
Japek, tak ada yang bertanggung jawab.
Djoko pernah melakukan investigasi 3 tahun lalu tentang
maraknya mobil penumpang gelap jenis Grand Max ini. Mereka bebas beroperasi
tanpa pengawasan dari Patroli Jalan Raya (PJR). Djoko menduga, bisnis travel
gelap ini dibekingi oleh oknum aparat.
Buktinya, ribuan Grand Max bebas melintas tanpa ada tindakan
dari PJR. Padahal, perilaku mereka sangat membahayakan pengendara lain.
"Setiap hari, seribuan Grand Max masuk ke Jakarta. Dari
Jakarta, mereka ke wilayah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Ada yang lewat
Bekasi juga. Pemilik dan sopirnya tidak jelas," kata Djoko.
Djoko menambahkan, kondisi Grand Max yang tidak layak
membawa penumpang, ditambah beban barang dan sopir di bawah umur, menjadi
faktor risiko kecelakaan.
Djoko mengungkapkan, petugas PJR Tol Cipali dan Japek
mengetahui keberadaan travel gelap ini. Ironisnya, mereka malah
"memelihara" bisnis ini daripada mencegahnya demi keselamatan.
"Oknum Polantas tahu mana travel gelap, karena mereka
juga kebagian. PJR dan sopir travel gelap punya lokasi pertemuan di rest area
Tol Cipali. Ada rumah makan khusus juga," ungkap Djoko.
Djoko menyebut bisnis travel gelap ini sangat menguntungkan.
"Penumpangnya disuruh makan Rp 30 ribu, kalikan berapa ratus kendaraan per
hari. Padahal makanannya gitu-gitu aja," katanya.
Kecelakaan di KM 58 kemarin diduga kuat melibatkan travel gelap. Penumpangnya kemungkinan berasal dari wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Djoko mendesak agar dilakukan penertiban terhadap travel gelap ini.
"Kendaraan travel gelap ini makin bandel, kecepatannya
ngeri. Sopirnya masih banyak di bawah umur, tidak punya SIM dan jaminan. Kalau
ketangkap PJR juga pasti lolos," kata Djoko.
Kecelakaan di Tol Japek ini menjadi alarm bagi pemerintah
dan aparat penegak hukum untuk menindak tegas travel gelap. Keselamatan
pengguna jalan raya harus menjadi prioritas utama.
Sumber monitorindonesia