Opini oleh Dr. KRMT Roy Suryo*)
Sudah beberapa hari ini saya (sengaja) tidak menulis, sampai2 beberapa rekan Japri dan PM langsung mempertanyakan "ada apa" kok lama tidak muncul tulisan2nya? Sampai2 ada yg mengira saya seperti mbak Hanifah Suryani yg mendadak "lenyap ditelan bumi" setelah banyak melakukan kritik2 sosial dalam berbagai Akun sosmednya sebagaimana pertanyaan netizen yg lagi Viral akhir2 ini terhadap raib-nya sosok HS tersebut. Apakah begitu barbar-nya Rezim ini sampai tega menghilangkan pengkritiknya? InsyaaAllah tidak, sebab yg publik sering mendengar bukankah (katanya) dia Rindu Kritik dan didemo? Jadi kalau sampai ketika demo mendadak ngacir alias melarikan diri dan pengkritik2nya "dibungkam" seharusnya tidak pernah akan terjadi di Indonesia, khan?
Jadi memang bukan karena ada intimidasi atau tekanan dari Rezim utk tidak menulis lagi, bukan. Karena kebebasan berpendapat -sesuai UUD 1945- dijamin di negeri ini, bahkan konon cara2 "pembungkaman hingga penculikan" sebagaimana yg dilakukan di negara2 otoriter tidak akan terjadi lagi di Indonesia. Jadi "raib"-nya HS memang jangan langsung dituduhkan kepada Rezim ini, karena utk membuktikannya sangat tidak mudah. Sebagaimana sulitnya membuktikan bahwa telah terjadi Nepotisme dalam Putusan MK 90 yg jelas2 diputus oleh Pamannya sendiri waktu itu, namun dinyatakan "tidak terbukti" nepotismenya tersebut.
Disisi lain utk membuktikan hal yg sebenarnya sangat mudah saja di negara ini malah kadang sangat sulit (atau memang sengaja dibuat sulit ?), Sebagaimana sulitnya membuktikan keaslian Ijazah yg sudah dipertanyakan sampai di tingkat Pengadilan. Padahal kalau mau tinggal dia dihadirkan dengan disuruh menunjukkan Ijazah Asli tsb langsung beres. Kenapa tidak? Tentu hal tsb wajar jika menjadi pertanyaan Orang waras, mengapa Ijazah Palsu bisa dibiarkan saja dan terkesan bangsa ini sudah tidak memperdulikan lagi etika & kejujuran seseorang terlebih dgn ijazah palsu yang digunakannya.
Jadi sebenarnya kita saat ini audah benar2 harus instrospeksi dan sekaligus bertobat kepada Sang Pencipta kita, Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT karena banyak sekali hal yg sudah didepan mata namun akhirnya lepas begitu saja. Mulai dari Gelar Badminton Thomas dan Uber Cup yg sudah dirindukan sejak belasan tahun silam, akhirnya kalah semuanya dari China, meski memang sudah memberikan perjuangan perlawanan yg sangat luarbiasa dan membanggakan. Demikian juga Skuad Garuda Muda U-23 harus mengubur impian tampil di Olimpiade Paris 2024 setelah kalah beruntun dari Uzbekistan (semifinal), Irak (tempat ketiga) dan terakhir Guinea (play-off).
Tidak hanya soal Olahraga, namun janji2 Investasi yg sempat diucapkan akan menanamkan modal dan bisnisnya disini akhirnya "menguap" begitu saja, misalnya Tesla dan yg barusaja adalah Apple. Padahal semuanya sudah digadang2 dan bahkan dipublikasikan dgn hingar bingar oleh media2 mainstream Pro-Rezim (yg mana sekarang tidak ada malunya utk tidak meralat, minimal memberitahukan posisi terakhir calon2 Investor yg gagal masuk tsb). Apalagi kalau ditambah calon2 Investor yg mundur dari IKN, Raksasa Finansial Jepang SoftBank misalnya, atau sekelas Djarum dan Wings Group kelas Nasional saja mempertimbangkan ulang rencana bisnisnya di Calon Ibukota Negara yg perancangannya terkesan lebay dan terburu2 (nafsu) tersebut.
Ironisnya lagi, bukan hanya Investor dan Produk2 yg akan masuk Indonesia, namun juga Pabrik2 dan Produsen produk lain juga sudah mulai hengkang dari Bumi Pertiwi tercinta ini. Sebut saja nama Bata, tentu kita tidak akan pernah lupa produk sepatu yg sudah akrab dgn masyarakat kita semenjak hampir 100 tahun silam ini. Nama Bata telah terukir di Indonesia bahkan sejak 1931, 14 tahun sebelum kita Merdeka. Saat itu Bata melakukan kerja sama dengan NV Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yg beroperasi di Tanjung Priok. Tahun 1937 Tomas Bata mendirikan pabrik Sepatu di tengah perkebunan karet di area Kalibata, Jakarta Selatan. Selanjutnya produksi sepatu terjadi mulai 1940. Pada 1994, konstruksi pabrik Sepatu di Purwakarta telah rampung dan akhirnya tutup th 2024 ini.
Tidak hanya produk sepatu, tetapi Produk lain misalnya Otomotif juga mengalami nasib yg sama. Sebagaimana saya tulis kemarin, Peugeot Raksasa otomotif asal Perancis juga barusan mengumumkan penghentian Penjualannya di Indonesia setelah selama 52 tahun atau sejak 1972, yang kala itu berada di bawah Multi France Motor. Alasan menurunnya pemasaran tentu tidak bisa dihindari, karena tercatat tahun lalu (2023) hanya laku 199. Padahal tahun 2022 bisa mencapai 451, meningkat 2 kali dibanding 2021 yang cuma 265. Bahkan data terbaru di kuartal I/2024 baru laku 28 unit alias turun 67,6 % secara tahunan dibanding tahun 2023.
Meski memang saat ini beberapa brand baru (kebanyakan hanya dari China) masuk seperti Wuling dan BYD yg terlihat “sukses” memasarkan EV-nya, namun sebenarnya kita semua juga tahu bagaimana kualitas produk barang2 keluaran negara tirai bambu tersebut. Tentu masyarakat tidak mudah lupa akan raibnya MotCin (Motor China) yang kini sudah seperti Esemka, alias Mobil Ghoib karena tidak terlihat samasekali di jalanan Indonesia. Bahkan ketika ada Peresmian "Pabrik" di Boyolali yg melibatkan tokoh2 nasional, sebenarnya juga hanya menempel logo dari aslinya merek Foday yg didalamnya hanya sejenis Bengkel Karoseri saja. Kondisi ini jauh lebih parah diibandingkan jaman Bimantara dan Timor dulu mengubah Hyundai dan Kia utk dijadikan "Mobil Nasional", karena de facto saat itu hingga sekarang produk2 Bimantara dan Timor setidaknya masih tampak di jalan, tidak seperti Esemka.
Jadi sekarang harus benar2 disadari bahwa "Dewi Fortuna" bukan hanya tidak jadi bisa diraih dicabang Olahraga Badminton dan Sepakbola barusan, namun Sang Dewi yg sudah berada di Indonesia -pun pada beterbangan keluar negeri dan menjauhi negeri kita tercinta ini. Tentu hal ini bukan tanpa sebab, karena Dunia pasti juga mengerti dan memahami dgn sebenarnya apa yg sesungguhnya terjadi di Republik ini, meski berusaha ditutup2 alias dikelabui dengan pemberitaan (palsu) media2 mainstream pro-Rezim yg itupun dibantu dgn tingkah polah Buzzer diberbagai Platform Social media yg sangat tampak memalukan, untuk tidak mengatakannya menjijikkan.
Kesimpulannya, inilah saatnya Rakyat semua mengingatkan Penguasa agar mereka Introspeksi dan sekaligus melakukan Tobat Nasional, karena sekarang jangankan mau mengerti posisi namun malah terkesan ambisi utk melakukan dominasi di semua lini. Rencana pembentukan 40 Menteri hanya utk mengakomodasi Koalisi bahkan Program halusinasi "Makan siang gratis" tampak sangat Absurd dilakukan ditengah kondisi keterpurukan semua sisi. Sekalilagi Apakah Rakyat hanya bisa diam dan membiarkan semua terjadi? InsyaaAllah tidak, namun itu semua juga mesti menunggu saat yg tepat dan Petunjuk dari Sang Pencipta kita, Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT kapan waktunya akan tiba yg tepat nantinya ...
)* Dr KRMT Roy Suryo - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen