Managing Director PEPS: Potensi Krisis Ekonomi Jika Rupiah Tembus 17.000 Per Dolar AS

Managing Director PEPS: Potensi Krisis Ekonomi Jika Rupiah Tembus 17.000 Per Dolar AS



JAKARTA - Pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, tentang stabilitas rupiah terhadap dolar AS menimbulkan kontroversi karena bertentangan dengan realitas pasar. Menurut Perry, rupiah tetap stabil dan termasuk salah satu mata uang dengan nilai tukar terbaik di dunia.

 

Namun, Anthony Budiawan dari Political Economy and Policy Studies (PEPS) membantah pernyataan ini, menyatakan bahwa rupiah terus melemah mendekati level 16.500 per dolar AS dan memperingatkan potensi krisis ekonomi jika rupiah terus menurun hingga 17.000 per dolar AS.

 

Pernyataan Anthony diperkuat oleh tindakan bank investasi global Morgan Stanley, yang menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi "underweight," mengindikasikan bahwa potensi keuntungan saham di Indonesia diperkirakan akan memburuk.

 

Morgan Stanley menyoroti melemahnya kondisi moneter dan fiskal Indonesia, sejalan dengan analisis Anthony yang menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia sedang menghadapi tantangan serius, termasuk penurunan penerimaan pajak dan defisit anggaran yang meningkat.

 

Ia mengatakan Pemerintah yang baru terpilih juga dikritik atas rencana mereka untuk meningkatkan rasio utang pemerintah terhadap PDB dari 39 persen menjadi 50 persen dalam lima tahun ke depan, langkah yang dianggap berisiko oleh Anthony.

 

Kebijakan ini diperkirakan dapat memperburuk situasi, memicu penurunan nilai tukar rupiah lebih lanjut,” ujarnya, Jumat (14/6/2024).

 

Sebaliknya, Perry Warjiyo mengklaim bahwa BI terus mengambil langkah-langkah stabilisasi untuk menjaga nilai tukar rupiah, meskipun data menunjukkan ekonomi sedang memburuk dengan anjloknya tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan tergerusnya pendapatan kelas menengah bawah.

 

Pakar ekonomi Muhamad Said Fathurrohman dari Universitas Airlangga menambahkan bahwa resesi di AS tidak akan berdampak global secara signifikan seperti krisis finansial sebelumnya.

 

Secara keseluruhan, perbedaan pandangan antara pejabat BI dan analis ekonomi ini mencerminkan ketegangan dalam menilai kondisi ekonomi Indonesia dan efektivitas kebijakan yang diterapkan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah tantangan global dan domestik yang signifikan.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال