Masyarakat Antusias dan Menuntut Agar Jokowi Diadili

Masyarakat Antusias dan Menuntut Agar Jokowi Diadili



Opini oleh : Ahmad Khozinudin, S.H. - Advokat, Koordinator Agenda

[Catatan Lanjutan Jelang Acara Tuntutan Seret Jokowi ke Penjara Pasca Lengser, Sabtu, 21 September 2024]

Hingga tulisan ini dibuat (15/9 atau H-6), sudah ada 427 orang yang ikut teken setuju atas draft isi pernyataan bersama yang menuntut Jokowi diseret ke Penjara. Nama yang ada di nomor 427 adalah S. Supriyadi, SE, MSi dari Depok, nama-nama lainnya akan terus bertambah seiring jelang pelaksanaan kegiatan.


Entah berkaitan atau tidak, tiba-tiba saja kemarin (14/9) Presiden Joko Widodo kembali meminta maaf kepada publik di IKN. Bedanya, kali ini tidak meminta maaf untuk Ma'ruf Amien, melainkan hanya untuk dirinya.


Sebelumnya, Jokowi juga meminta maaf saat kunjungan di Delli Serdang. Entah karena sadar akan banyak tuntutan kepadanya pasca lengser, Jokowi seperti mengambil langkah antisipasi atas dampak kemarahan rakyat. 


Ditengah masyarakat, pikiran dan perasaan yang menghiasi sikap batin bukan merasa sedih dan kehilangan akan ditinggal Jokowi. Justru sebaliknya, gembira dan bahagia, sekaligus seperti telah sangat dekat momentum untuk meluapkan kemarahan, untuk membalas segala bentuk kejahatan dan kezaliman  sepanjang era rezim Jokowi. Kami sendiri, telah lama menggulirkan ide untuk mengadili Jokowi pasca lengser, diawali dengan Agenda Evaluasi Total Kinerja Rezim Jokowi, pada 15 Juli 2024 yang lalu.


Agenda Pernyataan Bersama Advokat, Tokoh, Ulama & Aktivis untuk menuntut seret Jokowi ke penjara adalah tindak lanjutnya. Jelang sebulan Jokowi lengser, acara ini diselenggarakan. Agenda ini banyak mendapatkan dukungan, apresiasi dan support dari banyak pihak.


Sejumlah Nara sumber seperti Pak Amien Rais, Pak Jenderal (Purn) Sunarko, Pak Muhammad Taufik (Solo), Bang Taufik Baha'uddin, Bang Eggi Sudjana, Bang Edy Mulyadi, Bang Ismar Syafrudin, Bang Aziz Yanuar, Bang Anthony Budiawan, dan sejumlah nama lainnya telah siap hadir. Jelang acara, masih banyak tokoh lain yang konfirmasi ingin hadir dalam agenda.


Sementara itu, kekuasan Jokowi makin ringkih. Orang di sekitar kekuasan Jokowi mulai menjauh, partai mulai diam atas kritik publik kepada rezim Jokowi dan dinasti politiknya. Praktis, hanya tinggal Projo dan PSI yang masih setia.


Golkar terlihat diam, atas serangan politik dalam kasus fufufafa dan pesawat jet Kaesang. Mungkin saja, Golkar malah bersyukur, karena ada yang membalas dendam Golkar akan tragedi penggergajian pohon beringin.


Gerindra juga lebih fokus penyiapan pelatikan Prabowo. Gerindra, tak berani ikut cawe cawe membela Gibran maupun kaesang. Gerindra, lebih kepada wait n see, sama dengan sikap parpol koalisi lainnya.


Sementara ditingkat grassroot, gerakan berani mati bela Jokowi ternyata hanya gerakan bayaran. Di sosial media, beredar video wawancara peserta aksi demo, yang mengaku dibayar dan tidak tahu esensi gerakan berani mati bela Jokowi. Malah, katanya dalam rangka mendukung Jokowi menjadi Kapolri. 


Kuat dugaan, acara apel siaga pasukan berani mati Jokowi sepi. Bahkan, tak jadi diadakan karena takut ditawur rakyat.


Jokowi kehilangan basis pendukung, baik di tataran elit, apalagi rakyat. Saat ini, rakyat justru memuntahkan kemarahannya kepada rezim Jokowi di sosmed, melalui kasus pesawat jet Kaesang dan FUFUFAFA Gibran. Hujatan rakyat kepada Gibran dan Kaesang di sosmed, mengalir deras tak terbendung.


Jadi, mari bersama untuk bersabar, menunggu tanggal 20 Oktober 2024, hari lengsernya Jokowi. Setelah itu, mari ikhtiar bersama untuk menyeret Jokowi ke penjara, untuk diadili segala kejahatan dan kezalimannya.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال