JAKARTA - Kasus dugaan korupsi di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) terkait markup dana iklan mencuat, dengan tudingan bahwa dana tersebut mengalir ke Direktur Utama BJB dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dugaan tersebut berpusat pada penggelembungan anggaran iklan yang terjadi
pada 2021-2023, dengan nilai mencapai Rp200 miliar.
Modus operandi dalam kasus ini melibatkan penggelembungan biaya iklan hingga
100%, di mana setiap pemasangan iklan yang seharusnya bernilai Rp200 juta
dinaikkan menjadi Rp400 juta.
Beberapa petinggi BJB, termasuk Dirut BJB Yuddy Renaldi, serta anggota BPK,
seperti Ahmadi Noor Supit, diduga turut kecipratan aliran dana tersebut. Ahmadi
disebut terlibat untuk menutup temuan audit oleh BPK.
KPK telah menetapkan lima tersangka dalam kasus ini, dua di antaranya
berasal dari internal BJB, sementara tiga lainnya adalah pihak swasta. Namun,
KPK masih menelusuri lebih lanjut aliran dana tersebut dan belum sepenuhnya
mengungkap identitas para tersangka.
Penyelidikan terus berlanjut, dan publik menantikan pengungkapan lebih
lanjut dari pihak berwenang.
Kasus dugaan korupsi di PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) terkait markup dana
iklan dari 2021 hingga 2023 sedang diselidiki oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
Markup tersebut diduga
mencapai Rp200 miliar dengan penggelembungan biaya hingga 100% pada penempatan
iklan. Selain pihak internal BJB, termasuk Dirut Yuddy Renaldi, aliran dana
juga diduga melibatkan anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), seperti Ahmadi
Noor Supit, yang dicurigai berperan dalam menutupi temuan terkait.
Meskipun KPK telah
menetapkan lima tersangka, identitas mereka belum sepenuhnya diungkapkan.
Penyidik KPK masih mendalami ke mana uang hasil markup tersebut mengalir. Kasus
ini menambah deretan penyelidikan korupsi di lembaga keuangan dan pemerintah
yang ditangani KPK.
Di tengah penyelidikan ini,
Bank BJB mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 5
September 2024, yang merombak susunan dewan komisaris.
Taswin Zakaria diangkat
sebagai Komisaris Utama Independen menggantikan Ventje Rahardjo Soedigno, dan
beberapa komisaris baru juga diperkenalkan. Dengan susunan baru ini, diharapkan
BJB dapat terus berinovasi dan berkontribusi pada perekonomian daerah dan
nasional.