Penulis Regen Lee - Global Financial Quotient Fund Indonesi
Emas (GLD)
Harga emas sedang melonjak tajam dan diperkirakan akan terus naik, mencapai rekor baru sebesar $2.917 per ons pada akhir Oktober 2025. Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS, membuat emas menjadi aset safe-haven yang menarik bagi investor.
Meskipun potensi kenaikan suku bunga dan penguatan dolar AS dapat menjadi hambatan, namun ekspektasi penurunan suku bunga dan perlambatan ekonomi AS cenderung mendukung kenaikan harga emas. Selain itu, aksi beli bank sentral dan kinerja emas yang kuat sepanjang tahun 2024 juga menjadi faktor pendorong.
Saat ini, harga emas spot telah mencapai $2.679,21 per ons, naik sekitar 30% sepanjang tahun ini. Kenaikan harga emas ini juga diikuti oleh kenaikan harga logam mulia lainnya, seperti perak yang naik 1,3%.
Perak (SLV)
Harga perak sedang mengalami kenaikan signifikan dan diperkirakan akan terus naik, mencapai level tertinggi multi-tahun baru. Saat ini, harga perak telah mencapai $32,96 dan diperkirakan akan menembus level resistensi berikutnya di $34,35. Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor, seperti melemahnya pasar saham, penurunan imbal hasil obligasi, dan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
Para ahli memprediksi kenaikan harga perak yang lebih tinggi lagi dalam jangka panjang. Survei industri memperkirakan harga perak akan mencapai $45 per ons dalam 12 bulan ke depan. Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian ekonomi global, ketegangan geopolitik, dan meningkatnya minat investor terhadap aset safe-haven seperti perak.
Minyak (USO)
Persediaan minyak mentah AS mengalami penurunan yang tidak terduga sebesar 1,58 juta barel dalam seminggu terakhir. Meskipun begitu, Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS justru mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, persediaan minyak mentah AS telah menyusut 7 juta barel sejak awal tahun. Harga minyak mentah Brent dan WTI sedikit naik, namun masih mengalami penurunan mingguan sekitar $3 per barel.
Sementara itu, permintaan terhadap produk-produk minyak seperti bensin dan minyak sulingan meningkat, dibuktikan dengan penurunan persediaan masing-masing sebesar 5,926 juta barel dan 2,672 juta barel. Kondisi ini membuat persediaan bensin dan minyak sulingan saat ini berada di bawah rata-rata lima tahun. Persediaan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, juga mengalami kenaikan.
Secara singkat, data terbaru menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan minyak. Penurunan persediaan minyak mentah yang tidak terduga, di sisi lain peningkatan permintaan, mengindikasikan adanya dinamika pasar yang kompleks.
Angka-angka penting:
Penurunan persediaan minyak mentah: 1,58 juta barel
Kenaikan persediaan SPR: 1 juta barel
Penurunan total persediaan minyak mentah sejak awal tahun: 7 juta barel
Penurunan persediaan bensin: 5,926 juta barel
Penurunan persediaan minyak sulingan: 2,672 juta barel
Catatan: Data ini berasal dari American Petroleum Institute (API) dan dapat berbeda dengan data resmi dari Departemen Energi AS.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan consulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489