Quotient Fund Indonesia, Jakarta, 8 Oktober 2024
Penulis: Devin Emilian
Untuk memahami situasi pasar terkini dan prospeknya ke depan, mari kita tinjau pergerakan harga tiga komoditas: emas, perak, dan minyak.
Emas (GLD - SPDR Gold Trust)
Pergerakan Harga dan Tren:
Harga emas turun 0,2% ke $2.648,21 per ounce. Secara teknikal, GLD tetap berada di dalam saluran naik dan mendekati level resistance kunci di Fibonacci sekitar $248. Dengan RSI di 61,97, GLD mendekati kondisi overbought tetapi masih memiliki peluang untuk melanjutkan kenaikan.
Faktor Momentum:
Penguatan dolar AS setelah data Nonfarm Payrolls yang kuat menekan harga emas. Namun, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Hezbollah, meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai safe haven.
Prospek:
Jika ketegangan geopolitik semakin memburuk, emas dapat naik hingga menembus $2.700 per ounce atau lebih dalam jangka panjang. Resistance di sekitar $248 menjadi titik kunci untuk reli lebih lanjut.
Perak (SLV - iShares Silver Trust)
Pergerakan Harga dan Tren:
Harga perak turun 1,06% menjadi $31,66 per ounce, sebagian besar disebabkan oleh penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi AS. RSI di 58,38 menunjukkan potensi bullish masih ada, dengan resistance utama di sekitar $32.
Faktor Momentum:
Permintaan industri yang kuat dari sektor energi terbarukan dan elektronik, ditambah ketegangan di Timur Tengah, mendorong harga perak. Potensi serangan di Selat Hormuz dapat meningkatkan permintaan perak sebagai aset aman.
Prospek:
Permintaan industri yang kuat, ditambah risiko geopolitik, akan menjaga tren bullish. Namun, breakout di atas $32 akan membuka potensi kenaikan lebih lanjut.
Minyak (USO - United States Oil Fund)
Pergerakan Harga dan Tren:
Harga minyak melonjak dengan WTI naik 3,71% menjadi $77,14 per barel dan Brent naik 3,69% ke $80,93 per barel. USO menembus resistance pertama dan mendekati level resistance kedua di sekitar $82. RSI di 66,71 menunjukkan tekanan beli yang kuat.
Faktor Momentum:
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dan Hezbollah serta potensi serangan Israel terhadap Iran, memicu lonjakan harga minyak. Infrastruktur minyak Iran di Pulau Kharg, yang mengelola sekitar 90% ekspor minyak Iran, menjadi target potensial yang dapat menyebabkan gangguan pasokan global. Selat Hormuz, jalur kritis untuk 20% ekspor minyak dunia, juga berada dalam risiko konflik.
Pemotongan produksi OPEC+ juga menjaga harga minyak tetap tinggi. Sementara penguatan dolar AS membuat minyak lebih mahal bagi negara-negara selain AS, kebijakan suku bunga tinggi Federal Reserve juga mempengaruhi permintaan minyak global dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Prospek:
Harga minyak cenderung volatil dalam waktu dekat, terutama jika ketegangan di Timur Tengah meningkat. Jika gangguan signifikan terjadi di Selat Hormuz, harga bisa melonjak lebih dari $85 per barel. Sebaliknya, jika ketegangan mereda, harga minyak bisa terkoreksi, namun OPEC+ diperkirakan akan menjaga harga tetap tinggi melalui pemotongan produksi.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsultasi keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi hotline di 0811-1094-489.