Tim Sukses (TS) di Madina Resah, Terkadang Ba' Ciak-ciak (Paslon Jadi dan Ingkar Janji)

Tim Sukses (TS) di Madina Resah, Terkadang Ba' Ciak-ciak (Paslon Jadi dan Ingkar Janji)


MADINA (KASTV) - Sebulan lagi pesta demokrasi tingkat provinsi dan kabupaten/kota segera digelar. Pesta lima tahunan ini akan segera usai pada 27 November 2024 mendatang. Pertarungan perebutan kepemimpinan suatu daerah dibarengi gesitnya para tim sukses (TS- biasanya disebut). Peran TS sangat dibutuhkan untuk menyampaikan visi-misi para pasangan calon (Paslon) serta merekrut atau menggait simpatisan/pemilih untuk Paslon. Diluar TS banyak lagi yang berperan termasuk partai politik sebagai pengusung dan pendukung serta hal lain.


TS banyak perannya serta kriteria atau tingkatannya mulai tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan hingga tingkat desa. TS yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat/pemilih adalah TS tingkat desa. TS tingkat desa secara langsung meyakinkan, menggarap dan mengajak calon pemilih untuk Paslon kandidat usungan nya.


Tatkala para TS tingkat desa saling senggol/sentil dengan TS lainnya yang beda usungan. Padahal usai pesta demokrasi mereka sesama TS toh akhirnya tetap stay (menetap) di desa yang sama. Jarang sekali TS tingkat desa berjabat tangan atau tatap muka dengan Paslon yang mereka usung, mereka biasanya disambungkan TS atau kordinator tingkat kecamatan hingga kabupaten selanjutnya ke Tim pemenangan.


Keresahan TS itu muncul ketika ada usulan yang disampaikan pemilih untuk Paslon yang tidak ada realisasinya. Keresahan itu juga ketika muncul janji dari Paslon melalui tim yang tidak ada realisasi jelang hari H pencoblosan/pemilihan. Data pendukung telah masuk, verifikasi dan validasi namun nihil kontribusi jelang hari H. 


Demikian disampaikan Umar salah satunya warga desa di kecamatan Panyabungan kabupaten Mandailing Natal ( Madina), Sumut. Selasa (22/10/2024).


Menurut dia, terkadang TS jadi korban politik jelang hari H. Janji para tim kemenangan disampaikan untuk pemilih, namun tidak ada realisasinya.


"Saya pernah jadi TS di tingkat desa, tapi itu dulu. Janji manis disampaikan untuk pemilih namun tidak ada realisasi, disitulah para TS ditagih. Pengalaman saya dulu saya selalu didatangi beberapa hari, hingga saya harus mengungsi. Anggapan para pemilih yang masuk data saya kontribusi busi itu sudah sampai kepada saya, namun nihil, akhirnya saya ditanyakan/diminta/ditagih " jelasnya 


Lanjutnya, adapun kontribusi itu toh pada akhirnya para TS belum tentu diberdayakan usai kemenangan hingga akhir periodenya. TS itu bagaikan daun serai (ciak-ciak/sangge-sangge - Mandailing red), usai masakan mulai masak pada akhirnya ciak-ciak tidak dipakai/dibuang, terkadang dibuang ke perapian.


" TS itu tidak begitu penting ketika pesta usai, namun sangat penting ketika jelang pesta. TS wajar resah, pasalnya para Paslon tidak merealisasikan janjinya jelang pesta. Saya yakin hal seperti ini bisa terjadi pada daerah lain juga pada para TS yang sudah ikut berperan ataupun sedah ikut jadi TS saat ini" sambungnya 


Pesan dia untuk TS untuk pertimbangan mandat yang diterimanya. Terkadang bisa terjadi gontok-gontokan/senggolan sesama TS baik di tim yang sama maupun beda. Toh pada akhirnya para TS yang saling tatap muka selamanya usai pesta demokrasi.


" Saling jaga sikap, jaga perasaan lainnya serta ingat bahwa kita merupakan target pesta demokrasi. Seterusnya para pelaku pesta demokrasi yang jadi kontestan perhatian TS hingga tingkatan terendah " Tandasnya

(Magrifatulloh).

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال