Opini oleh Rosadi Jamani*)
Bicara IKN di rezim Prabowo juga tak seheboh masa Jokowi. Wajar, sih. IKN kan bukan proyek Prabowo. Bayang-bayang mangkrak mulai terasa. Apakah benar demikian? Sambil menikmati bubur ayam Sukabumi di Jalan Pancasila Pontianak, yok kita kupas apa update terakhir IKN.
IKN, sang bintang baru yang kini meredup layaknya lilin yang tertiup angin senja. Di masa Prabowo, IKN tak lagi disorot laksana aktor utama yang dihiasi lampu sorot megah. Bak panggung teater yang penontonnya mulai berkurang, kisah IKN kini bagai cerita lama yang ditelan debu.
Di era Jokowi, IKN adalah raja headline. Setiap kelokan proyek, setiap batu bata yang dipasang, seakan dicatat dengan tinta emas. Para influencer, selebgram, dan tim sorak digital berlomba-lomba jadi jubir dadakan. Kini? Sunyi. Sekadar berita selipan di halaman belakang.
Kabar terbaru? Sang kereta otonom tanpa rel, kebanggaan sesaat, dikabarkan akan dikembalikan ke negeri asalnya, China. Iya, dikembalikan. Layaknya cendera mata pesta yang dikembalikan setelah selesai berfoto ria. Sungguh, IKN ini semacam drama telenovela berbalut ironi, banyak klimaks, minim epilog.
“Kereta otonom tak sesuai spesifikasi,” kata para pejabat. Sistem kendalinya masih level anak magang. Netizen, tentu, tak mau ketinggalan. “Mangkrak... Krak gubrak,” tulis @himura89517038, menghidupkan lagi luka lama, sebuah kata yang terlalu akrab di negeri ini.
Museum Mangkrak? Rasanya, predikat itu sudah diambang pintu. Semacam nasib Hambalang yang dipinjam dan dipajang lalu hilang dibalik kabut ketidakpastian. Warganet pun tak kalah pedas, "Cuma minjem buat foto-foto, to," .seloroh @27wnr, menohok tepat di jantung kesedihan publik yang pernah berharap lebih.
Kata @SirGun78, “Jadi ingat traktor bajak sawah yang dipinjam pas acara. Selesai acara, dibalikin lagi.” Tawa getir membanjiri linimasa, seperti melodi sedih diiringi derai tawa patah hati. Apakah IKN sedang meniti takdirnya sebagai museum masa depan yang dirancang oleh mimpi-mimpi besar dan realita yang tak sudi hadir?
Badan Otorita IKN pun buru-buru klarifikasi, menumpuk kata-kata teknis agar terdengar rumit. “Interoperabilitas Sistem, Transfer Knowledge, bla bla bla.” Intinya? PoC alias uji coba, bro, uji coba. Seakan berkata, "Santai, ini baru testing."
Tapi, ah, semua tahu betul bagaimana cerita di negeri ini berakhir. Selalu ada bab terakhir yang terlupakan. Atau lebih parah, tak pernah ditulis. Sementara itu, IKN tetap berdiri, menunggu gilirannya jadi headline lagi. Mungkin esok, mungkin setelah Prabowo pulang dari lawatan luar negeri.
Sebagai anak Kalimantan berharap IKN benar-benar jadi ibukota negara. Presiden dan para pembantunya benar-benar ngantor di sana, bukan untuk yang lain. Kalau sempat mangkrak, duh sedihnya.
*) - Ketua Satupena Kalbar