Opini oleh D. Supriyanto Jagad N *)
Terbongkarnya keterlibatan pegawai Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dalam bisnis judi online menjadi sorotan publik. Salah satu pegawai yang ditangkap adalah FD. Ia dikenal hidup dengan penuh kemewahan.
Ternyata sebagai ASN, FD ini jadi kaki tangan bandar judi online.
Sebelum ditetapkan sebagai tersangka,FD kerap memamerkan hidup mewah alias bergelimang harta. Mulai dari sering berlibur ke luar negeri, pernikahan mewah di Sudirman Ballroom, hingga menghabiskan jutaan rupiah untuk mentraktir rekannya dugem di tempat elit dan mabuk-mabukan dengan menggunakan uang hasil judi online.
Ibarat sebuah ungkapan “Uang Jin Dimakan Setan”, oknum ASN ini dapat uang dari jalan yang tidak benar alias uang haram, habis ditempat maksiat, alias dimakan Setan
Mirisnya lagi, Fakhri juga memiliki koleksi mobil–mobil mewah dengan harga fantastis. Mulai dari BMW hingga Land Cruiser yang terpakir di rumah mewahnya.
Benar-benar miris, memalukan, dan membuat rakyat yang hidupnya sulit menjadi geram.
Sebagai abdi negara, FD ternyata memiliki jiwa pengkhianat. Menurut informasi, selain sebagai kaki tangan bandar judi online, manusia gak tahu diri ini juga nyambi sebagai bandar judi online.
FD diduga menggunakan posisinya yang bertugas untuk memblokir situs judi online demi keuntungan pribadi. Seperti pagar makan tanaman, cluthak dan merusak.
Menunaikan amanah memang bukan hal yang mudah dilakukan. Hadirnya berbagai godaan membuat seseorang tidak jarang lupa terhadap amanah yang harus dijaga dan akhirnya malah jatuh pada perbuatan khianat. Hal tersebut tentu saja sangat berbahaya, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena itu telah benar-benar nyata di sekitar kita.
Bayang-bayang atas keuntungan yang akan diperoleh tersebut seketika dapat menghilangkan keimanan. Pada akhirnya, keimanan yang semakin rendah membuat seseorang tidak lagi mengingat amanah yang diberikan, bahkan seolah lupa dengan janji yang telah diucapkannya sendiri.
Hemm… benar-benar miris.
Kasus-kasus korupsi yang tidak pernah ada kata habisnya tentu menjadi salah satu tanda bahwa masih banyak oknum yang belum mampu menjaga amanah. Padahal jika mereka mampu berpikir, maka sebenarnya sama sekali tidak ada kebaikan dari hal itu, sebaliknya justru penyiksaan dan penderitaanlah yang lambat laun pasti akan diterima. Sebab, sepandai apa pun mereka berusaha menutupi, ibarat bau bangkai yang disimpan lama-kelamaan pasti akan tercium juga. Seandainya pun balasan itu ternyata tidak didapatkan di dunia, maka di akhirat jangan pernah berharap bisa lari dari pengadilan Allah.
Pada hakikatnya, derita akibat melalaikan amanah tidak hanya dirasakan di akhirat kelak, ketika masih di dunia pun mereka sudah akan mendapat balasannya. Misalnya saja dikucilkan, mendapat sanksi berupa penjara, dan yang paling buruk adalah orang-orang yang telah mengabaikan amanah akan sulit bahkan tidak dapat lagi dipercaya oleh masyarakat.
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo terus menekankan pentingnya melawan judi online yang telah berdampak serius terhadap kehidupan masyarakat selama ini.
Menurut bapak Presiden, langkah pemerintah mengungkap praktik judi online di lingkup internal pemerintahan, menjadi momentum pintu masuk untuk mengusut tuntas praktik judi online yang ada di kementerian dan Lembaga
Kita tentu berharap, komitmen pemerintah untuk menindak tegas praktik judi online tidak berhenti sampai di sini saja. Pemerintah perlu terus memperkuat sanksi hukum agar dapat menjadi peringatan yang jelas bagi seluruh aparatur negara, sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan bebas dari kegiatan ilegal.
Pemberantasan judi online harus dilihat dalam konteks perjudian secara keseluruhan. Kasus di Kemenkodigi bukan satu-satu yang menjadi pintu masuk. Pemberantasan perjudian wajib melibatkan pihak perbankan karena tools utama judi online itu ada dua yakni jaringan internet dan rekening bank. Seluruh pihak harus mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan kelompok dalam upaya memberantas praktik judi online yang sudah sangat membahayakan ini.
Sungguh terwelu, tuman…
*) Pekerja Media, Penikmat Kopi Pahit