Policy Brief: Kualitas Tidur, Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit

Policy Brief: Kualitas Tidur, Kelelahan Kerja Pada Perawat di Rumah Sakit

 


Oleh Tatik Wahyuni, Skep, Ns. - Mahasiswa Program Magister, Fakultas  Ilmu Keperawatan Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Universitas Indonesia Tahun 2024

Executife Summary

Perawat bekerja dalam jam panjang dan memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan pasien. Banyak perawat merasa bahwa kelelahan "merupakan bagian dari pekerjaan" dalam pekerjaan yang sangat stres dan berdampak tinggi. Namun, apa yang sebenarnya berisiko ketika seorang perawat kelelahan?


Background

Perawat memiliki peran krusial dalam memberikan layanan Kesehatan.Namun dengan tuntutan kerja yang tinggi ,jam kerja bergilir serta tekanan psikologis sering berdampak pada kualitas tidur mereka yang kemudian mempengaruhi kelelahan kerja. Masalah ini dapat menurunkan produktivitas,meningkatkan resiko kesalahan medis serta berpengaruh terhadap mental dan kesehatan fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Feby Surantri et al., (2022) menemukan adanya hubungan kualitas tidur dengan kelelahan kerja perawat di rumah sakit ditandai dengan kualitas tidur (p-value 0,003<0,05). Kelelahan kerja yang dirasakan biasanya bersifat akut karena durasi tidur yang kurang (Fang, Jinbo., Kunaviktikul, Wipada., Karin Olson., Ratanawadee C., 2008). Selama proses tidur, terjadi penurunan penggunaan energi dan meningkatkan suplai darah dan energi ke otak, yang membuat seseorang merasa segar daripada lelah (H, Gall., 1996)

                                                                                                   

Pentingnya Kesejahteraan Tenaga Kesehatan, Khususnya Perawat

Kesejahteraan tenaga kesehatan, terutama perawat, merupakan elemen kunci dalam sistem pelayanan kesehatan. Berikut beberapa alasan mengapa kesejahteraan mereka sangat penting:

1.Menjamin Kualitas Pelayanan Kesehatan

Perawat adalah garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Kesejahteraan mereka berpengaruh langsung pada:Kinerja optimal: Perawat yang sehat secara fisik dan mental dapat bekerja dengan lebih fokus dan efisien.Hubungan pasien-perawat yang baik: Kesejahteraan emosional mendukung komunikasi yang lebih empatik dengan pasien.

 

2. Meningkatkan Keselamatan Pasien

Kelelahan dan stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan kesalahan medis. Dengan menjaga kesejahteraan perawat, risiko kesalahan diagnosis, pengobatan, atau perawatan dapat diminimalkan.

 

3. Mencegah Burnout dan Turnover.

Burnout adalah masalah umum pada tenaga kesehatan akibat tekanan kerja yang tinggi. Perawat yang merasa diperhatikan kesejahteraannya akan:

Lebih jarang mengundurkan diri: Mengurangi biaya rekrutmen dan pelatihan staf baru.Berkontribusi lebih lama: Memberikan stabilitas dalam sistem kesehatan.

 

4. Meningkatkan Kepuasan Kerja

Lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan meningkatkan motivasi dan kebahagiaan perawat, yang berujung padaProduktivitas lebih tinggi.Penghormatan terhadap profesi keperawatan.


5. Dampak Positif pada Kesehatan Masyarakat

Kesejahteraan perawat memungkinkan mereka untuk memberikan perawatan yang konsisten dan berkualitas, yang berkontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

 

Langkah Mendukung Kesejahteraan Perawat, Pemberian istirahat yang cukup, beban kerja yang seimbang. Akses ke fasilitas kesehatan mental dan fisik. Penghargaan yang adil untuk kerja keras mereka.

Kesejahteraan perawat bukan hanya tanggung jawab moral tetapi juga strategi penting dalam membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan.

 

Definisi Kelelahan Perawat (Burnout)

Kelelahan perawat (burnout) adalah kondisi stres kronis yang dialami perawat akibat beban kerja yang berat, tanggung jawab yang tinggi, dan tekanan emosional yang berkepanjangan dalam pekerjaannya. Kelelahan ini dapat memengaruhi berbagai aspek, termasuk fisik, mental, dan emosional. Berikut penjelasan rinci:

1-Kelelahan Fisik

Ditandai dengan rasa lelah yang ekstrem akibat jam kerja yang panjang, kurang tidur, dan tuntutan pekerjaan yang intens.Gejala: kelelahan tubuh, nyeri otot, sakit kepala, atau gangguan kesehatan kronis lainnya.

2. Kelelahan Mental

Disebabkan oleh beban pikiran yang berlebihan, seperti menghadapi situasi darurat, mengambil keputusan kritis, atau multitasking.Gejala: sulit berkonsentrasi, kehilangan daya ingat, dan munculnya perasaan cemas atau khawatir secara terus-menerus.

3. Kelelahan Emosional

Muncul dari interaksi intens dengan pasien, keluarga pasien, atau rekan kerja dalam situasi penuh tekanan.Gejala: rasa hampa, kehilangan empati, perasaan tidak berdaya, atau mudah marah.

Penyebab Umum Burnout pada Perawat

Beban kerja berlebihan dengan jam kerja yang tidak menentu.Kurangnya dukungan emosional dari kolega atau manajemen.Minimnya penghargaan terhadap kontribusi yang diberikan.

Burnout adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian mendalam untuk menjaga kesejahteraan perawat dan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.



Dampak Kelelahan Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Pasien

Kelelahan perawat (burnout) memiliki dampak yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan, baik dari sisi kualitas maupun keselamatan pasien.

Berikut adalah beberapa dampak utama:

1- Penurunan Kualitas Pelayanan Kesehatan

 Kurangnya perhatian terhadap detail: Kelelahan fisik dan mental membuat perawat sulit fokus, sehingga tugas-tugas penting seperti pemberian obat atau pencatatan data pasien berisiko terjadi kesalahan.

 

Pelayanan yang kurang empatik: Kelelahan emosional dapat menyebabkan perawat menjadi kurang sabar dan kehilangan kemampuan untuk mendengarkan atau merespons kebutuhan pasien dengan empati.

 

Kinerja menurun: Perawat yang lelah sering kali bekerja lebih lambat, tidak efisien, dan tidak produktif.

 

2. Meningkatkan Risiko Kesalahan Medis

 Kesalahan pemberian obat: Kelelahan memengaruhi kemampuan perawat dalam menghitung dosis obat dengan tepat.

 

Kehilangan pengawasan kritis: Ketidaksadaran atau kelalaian terhadap tanda-tanda vital pasien dapat mengakibatkan keterlambatan penanganan yang berbahaya.

 

Penurunan koordinasi tim: Perawat yang lelah cenderung sulit berkomunikasi dengan baik, menghambat kerja sama tim yang efektif.

 

 3. Meningkatkan Angka Infeksi dan Komplikasi

 Prosedur higienis terabaikan: Kelelahan dapat menyebabkan penurunan kepatuhan terhadap prosedur sterilisasi atau praktik kebersihan lainnya, sehingga meningkatkan risiko infeksi nosokomial.

 

Keterlambatan penanganan: Perawat yang kelelahan sering kali tidak segera merespons keadaan darurat, yang dapat memperburuk kondisi pasien.

 

4. Mengancam Keselamatan Pasien

 Penurunan pengambilan keputusan: Kondisi mental yang lelah membuat perawat lebih rentan mengambil keputusan yang salah atau kurang tepat waktu.

 

Meningkatkan risiko kejadian sentinel: Insiden yang menyebabkan cedera serius atau kematian pasien lebih mungkin terjadi akibat kesalahan yang disebabkan kelelahan.

 

5. Dampak Jangka Panjang pada Sistem Kesehatan

 Meningkatkan biaya kesehatan: Kesalahan medis dan penanganan komplikasi memerlukan biaya tambahan bagi fasilitas kesehatan.

 Menurunnya kepercayaan pasien: Kualitas pelayanan yang rendah akibat burnout perawat dapat menurunkan kepuasan pasien dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan.

Kelelahan perawat adalah ancaman serius bagi kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan, sehingga perlu dikelola dengan baik untuk menjaga keselamatan pasien dan efektivitas sistem kesehatan secara keseluruhan.


2. Tujuan Kebijakan

Cara Mengurangi Tingkat Kelelahan pada Perawat

Mengurangi tingkat kelelahan pada perawat memerlukan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan, melibatkan pengelolaan beban kerja, dukungan psikologis, serta perbaikan lingkungan kerja. Berikut langkah-langkah utama:

1. Mengelola Beban Kerja

Penjadwalan yang Adil: Menyusun jadwal kerja yang seimbang dan tidak memberatkan, termasuk rotasi shift yang lebih fleksibel.

Meningkatkan Rasio Perawat-Pasien: Memastikan jumlah perawat mencukupi untuk menangani jumlah pasien secara optimal.

Menghindari Jam Kerja Berlebih: Membatasi jam kerja lembur untuk memberikan waktu istirahat yang cukup.

2. Memberikan Dukungan Psikologis

 Layanan Konseling: Menyediakan akses ke psikolog atau konselor profesional untuk membantu perawat mengelola stres dan burnout.

 

Program Peer Support: Mengadakan kelompok dukungan sesama perawat untuk berbagi pengalaman dan solusi.

 

3. Meningkatkan Fasilitas dan Kondisi KerjaFasilitas Istirahat yang Memadai: Menyediakan ruang istirahat yang nyaman di tempat kerja.

 Peningkatan Lingkungan Kerja: Menciptakan suasana kerja yang kondusif, bebas konflik, dan mendukung kolaborasi.

 

Teknologi Pendukung: Mengadopsi teknologi untuk membantu menyederhanakan pekerjaan administratif perawat.

 

4. Program Pelatihan dan Pengembangan Diri

 Manajemen Stres:Mengadakan pelatihan untuk membantu perawat mengelola stres secara efektif.

 

Pengembangan Kompetensi:Memberikan pelatihan tambahan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan efisiensi kerja.

 

5. Memberikan Penghargaan dan Insentif, Pengakuan dan Apresiasi:Memberikan penghargaan untuk kinerja yang baik, baik berupa penghargaan formal maupun informal.

 

Insentif Finansial: Memberikan bonus atau tunjangan khusus sebagai penghargaan atas dedikasi mereka.

 

6. Mendorong Keseimbangan Kehidupan dan Pekerjaan

 Cuti yang Memadai: Memberikan waktu cuti yang cukup agar perawat dapat beristirahat dan berkumpul dengan keluarga.

 

Program Kesehatan: Mengadakan program olahraga, yoga, atau meditasi untuk mendukung kesejahteraan fisik dan mental.

 

7. Pemantauan dan Evaluasi Berkala

 Survei Kepuasan Kerja: Melakukan survei rutin untuk memahami kebutuhan dan masalah perawat.

 

Intervensi Cepat: Mengambil tindakan segera jika ditemukan indikasi burnout pada perawat.

Dengan langkah-langkah ini, kesejahteraan perawat dapat ditingkatkan, yang secara langsung akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.


Cara Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Hidup Perawat

Meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup perawat adalah langkah penting untuk memastikan mereka dapat bekerja secara optimal sambil tetap menjaga kesejahteraan pribadi. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:

1.Mengelola Beban Kerja dengan Efektif.

 Jadwal Kerja yang Seimbang. Merancang jadwal kerja yang memungkinkan waktu istirahat dan mengurangi jam kerja lembur yang berlebihan.

Distribusi Tugas yang Adil: Membagi beban kerja secara merata di antara staf perawat.

 

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Kondusif.  

 Meningkatkan Fasilitas di Tempat Kerja: Menyediakan ruang istirahat yang nyaman, ruang laktasi bagi ibu menyusui, dan fasilitas olahraga ringan.

 

Membangun Budaya Dukungan: Memupuk komunikasi terbuka antara manajemen dan staf perawat untuk mendengar masukan dan keluhan.


REFERENSI :

Brewer K. How a “just culture” can improve safety in health care. Am Nurse Today. 2011;6(6).

 

American Nurses Association. Position statements: assuring patient safety: the employers' role in promoting healthy nursing work hours for registered nurses in all roles and settings.

 

American Nurses Association. Position statements: assuring patient safety: Registered Nurses' responsibility in all roles and setting to guard against working when fatigued.

 

American Nurses Association, Revised position statement: Addressing Nurse Fatigue to Promote Safety and Health: Joint Responsibilities of Registered Nurses and Employers to Reduce Risks, 2014.

 

Caruso CC. Running on empty: fatigue and healthcare professionals.

 

Melville NA. Joint Commission recommendations address extended-shift fatigue.

 

University of Maryland. Study reveals widespread fatigue, risk for errors with 12-hour nursing shifts.

 

Cimiotti JP, Aiken LH, Sloane DM, Wu ES. Nurse staffing, burnout, and health care-associated infection. Am J Infect Control. 2012;40(6):486–490. Adapted from “Nursing fatigue and staffing costs: What’s the connection?,” by Kimra Reed, BSN, RN,  originally published in the April 2013 issue of Nursing Management © 2013 by Lippincott Williams & Wilkins

American Nurses Association (2010). Pernyataan posisi: Budaya yang adil. Diperoleh dari https://www.nursingworld.org/~4afe07/globalassets/practiceandpolicy/health-and-safety/just_culture.pdf.

 

American Nurses Association (2014). Mengatasi kelelahan perawat untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan: tanggung jawab bersama perawat terdaftar dan pemberi kerja untuk mengurangi risiko. Diperoleh dari https://www.nursingworld.org/~4afdfc/globalassets/ practiceandpolicy/health-and-safety/nursefatigue-position-statement-final.pdf .

 

Arnedt JT, Owens J, Crouch M, Stahl J, & Carskadon MA (2005). Kinerja neurobehavioral penghuni setelah panggilan malam yang berat vs setelah konsumsi alkohol. JAMA, 294, 1025–1033. [ DOI ] [ PubMed ] [ Google Scholar ]

 

Auerbach DI, Buerhaus PI, & Staiger DO (2017). Seberapa cepat tenaga kerja perawat terdaftar akan tumbuh hingga tahun 2030? Proyeksi di sembilan wilayah negara ini. Nurs Outlook, 65, 116–122, doi: 10.1016/j.outlook.2016.07.004. [ DOI ] [ PubMed ] [ Google Scholar ]

 

Bae SH, & Fabry D. (2014). Menilai hubungan antara jam kerja perawat/lembur dan hasil perawat dan pasien: tinjauan pustaka sistematis. Nurs Outlook, 62, 138–156. [ DOI ] [ PubMed ] [ Google Scholar

 

Feby Surantri, Trisnawati, E., & Iskandar Arfan. (2022). Determinan Kelelahan Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Soedarso Pontianak. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(7), 790–795. https://doi.org/10.56338/mppki.v5i7.2249

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال