Executife Summary
Perawat bekerja dalam jam
panjang dan memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan pasien. Banyak
perawat merasa bahwa kelelahan "merupakan bagian dari pekerjaan"
dalam pekerjaan yang sangat stres dan berdampak tinggi. Namun, apa yang
sebenarnya berisiko ketika seorang perawat kelelahan?
Background
Perawat memiliki peran krusial dalam memberikan layanan Kesehatan.Namun
dengan tuntutan kerja yang tinggi ,jam kerja bergilir serta tekanan psikologis
sering berdampak pada kualitas tidur mereka yang kemudian mempengaruhi
kelelahan kerja. Masalah ini dapat menurunkan produktivitas,meningkatkan resiko
kesalahan medis serta berpengaruh terhadap mental dan kesehatan fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Feby Surantri
et al., (2022) menemukan adanya hubungan kualitas tidur dengan kelelahan kerja
perawat di rumah sakit ditandai dengan kualitas tidur (p-value 0,003<0,05).
Kelelahan kerja yang dirasakan biasanya bersifat akut karena durasi tidur yang
kurang (Fang, Jinbo., Kunaviktikul, Wipada., Karin Olson., Ratanawadee C.,
2008). Selama proses tidur, terjadi penurunan penggunaan energi dan
meningkatkan suplai darah dan energi ke otak, yang membuat seseorang merasa
segar daripada lelah (H, Gall., 1996)
Pentingnya
Kesejahteraan Tenaga Kesehatan, Khususnya Perawat
Kesejahteraan
tenaga kesehatan, terutama perawat, merupakan elemen kunci dalam sistem
pelayanan kesehatan. Berikut beberapa alasan mengapa kesejahteraan mereka
sangat penting:
1.Menjamin Kualitas Pelayanan Kesehatan
Perawat adalah garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan. Kesejahteraan mereka berpengaruh langsung pada:Kinerja optimal:
Perawat yang sehat secara fisik dan mental dapat bekerja dengan lebih fokus dan
efisien.Hubungan pasien-perawat yang baik: Kesejahteraan emosional
mendukung komunikasi yang lebih empatik dengan pasien.
2. Meningkatkan Keselamatan Pasien
Kelelahan dan stres yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kesalahan medis. Dengan menjaga kesejahteraan perawat, risiko
kesalahan diagnosis, pengobatan, atau perawatan dapat diminimalkan.
3. Mencegah Burnout dan Turnover.
Burnout adalah masalah umum pada tenaga kesehatan
akibat tekanan kerja yang tinggi. Perawat yang merasa diperhatikan
kesejahteraannya akan:
Lebih jarang mengundurkan diri: Mengurangi biaya rekrutmen dan
pelatihan staf baru.Berkontribusi lebih lama: Memberikan stabilitas
dalam sistem kesehatan.
4. Meningkatkan Kepuasan Kerja
Lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan
meningkatkan motivasi dan kebahagiaan perawat, yang berujung padaProduktivitas
lebih tinggi.Penghormatan terhadap profesi keperawatan.
5. Dampak Positif pada Kesehatan Masyarakat
Kesejahteraan perawat memungkinkan mereka untuk
memberikan perawatan yang konsisten dan berkualitas, yang berkontribusi pada
peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Langkah Mendukung Kesejahteraan Perawat, Pemberian
istirahat yang cukup, beban kerja yang seimbang. Akses ke fasilitas kesehatan mental
dan fisik. Penghargaan
yang adil untuk kerja keras mereka.
Kesejahteraan
perawat bukan hanya tanggung jawab moral tetapi juga strategi penting dalam
membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan.
Definisi
Kelelahan Perawat (Burnout)
Kelelahan
perawat (burnout) adalah
kondisi stres kronis yang dialami perawat akibat beban kerja yang berat,
tanggung jawab yang tinggi, dan tekanan emosional yang berkepanjangan dalam
pekerjaannya. Kelelahan ini dapat memengaruhi berbagai aspek, termasuk fisik,
mental, dan emosional. Berikut penjelasan rinci:
1-Kelelahan Fisik
Ditandai dengan rasa lelah yang ekstrem akibat jam
kerja yang panjang, kurang tidur, dan tuntutan pekerjaan yang intens.Gejala:
kelelahan tubuh, nyeri otot, sakit kepala, atau gangguan kesehatan kronis
lainnya.
2. Kelelahan Mental
Disebabkan oleh beban pikiran yang berlebihan, seperti
menghadapi situasi darurat, mengambil keputusan kritis, atau
multitasking.Gejala: sulit berkonsentrasi, kehilangan daya ingat, dan munculnya
perasaan cemas atau khawatir secara terus-menerus.
3. Kelelahan Emosional
Muncul dari interaksi intens dengan pasien, keluarga
pasien, atau rekan kerja dalam situasi penuh tekanan.Gejala: rasa hampa,
kehilangan empati, perasaan tidak berdaya, atau mudah marah.
Penyebab Umum Burnout pada Perawat
Beban kerja berlebihan dengan jam kerja yang tidak
menentu.Kurangnya dukungan emosional dari kolega atau manajemen.Minimnya penghargaan terhadap kontribusi yang
diberikan.
Burnout
adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian mendalam untuk menjaga
kesejahteraan perawat dan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Dampak Kelelahan Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan
dan Keselamatan Pasien
Kelelahan
perawat (burnout) memiliki dampak yang signifikan terhadap pelayanan kesehatan, baik dari sisi kualitas
maupun keselamatan pasien.
Berikut
adalah beberapa dampak utama:
1- Penurunan
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Pelayanan
yang kurang empatik: Kelelahan
emosional dapat menyebabkan perawat menjadi kurang sabar dan kehilangan
kemampuan untuk mendengarkan atau merespons kebutuhan pasien dengan empati.
Kinerja
menurun: Perawat
yang lelah sering kali bekerja lebih lambat, tidak efisien, dan tidak
produktif.
2.
Meningkatkan Risiko Kesalahan Medis
Kehilangan
pengawasan kritis:
Ketidaksadaran atau kelalaian terhadap tanda-tanda vital pasien dapat
mengakibatkan keterlambatan penanganan yang berbahaya.
Penurunan
koordinasi tim: Perawat
yang lelah cenderung sulit berkomunikasi dengan baik, menghambat kerja sama tim
yang efektif.
Keterlambatan
penanganan: Perawat
yang kelelahan sering kali tidak segera merespons keadaan darurat, yang dapat
memperburuk kondisi pasien.
4. Mengancam
Keselamatan Pasien
Meningkatkan risiko kejadian sentinel: Insiden yang menyebabkan cedera serius atau kematian pasien lebih mungkin terjadi akibat kesalahan yang disebabkan kelelahan.
5. Dampak
Jangka Panjang pada Sistem Kesehatan
Kelelahan
perawat adalah ancaman serius bagi kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan,
sehingga perlu dikelola dengan baik untuk menjaga keselamatan pasien dan
efektivitas sistem kesehatan secara keseluruhan.
2. Tujuan
Kebijakan
Cara
Mengurangi Tingkat Kelelahan pada Perawat
Mengurangi
tingkat kelelahan pada perawat memerlukan strategi yang komprehensif dan
berkelanjutan, melibatkan pengelolaan beban kerja, dukungan psikologis, serta
perbaikan lingkungan kerja. Berikut langkah-langkah utama:
1. Mengelola
Beban Kerja
Penjadwalan yang Adil: Menyusun jadwal kerja yang seimbang
dan tidak memberatkan, termasuk rotasi shift yang lebih fleksibel.
Meningkatkan Rasio Perawat-Pasien: Memastikan jumlah perawat mencukupi
untuk menangani jumlah pasien secara optimal.
Menghindari Jam Kerja Berlebih: Membatasi jam kerja lembur untuk
memberikan waktu istirahat yang cukup.
2.
Memberikan Dukungan Psikologis
Program Peer
Support: Mengadakan
kelompok dukungan sesama perawat untuk berbagi pengalaman dan solusi.
3.
Meningkatkan Fasilitas dan Kondisi KerjaFasilitas Istirahat yang Memadai: Menyediakan ruang istirahat yang
nyaman di tempat kerja.
Teknologi
Pendukung: Mengadopsi
teknologi untuk membantu menyederhanakan pekerjaan administratif perawat.
4. Program
Pelatihan dan Pengembangan Diri
Pengembangan
Kompetensi:Memberikan
pelatihan tambahan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan efisiensi kerja.
5.
Memberikan Penghargaan dan Insentif, Pengakuan dan Apresiasi:Memberikan penghargaan untuk kinerja
yang baik, baik berupa penghargaan formal maupun informal.
Insentif
Finansial: Memberikan
bonus atau tunjangan khusus sebagai penghargaan atas dedikasi mereka.
6. Mendorong
Keseimbangan Kehidupan dan Pekerjaan
Program
Kesehatan: Mengadakan
program olahraga, yoga, atau meditasi untuk mendukung kesejahteraan fisik dan
mental.
7.
Pemantauan dan Evaluasi Berkala
Intervensi
Cepat: Mengambil
tindakan segera jika ditemukan indikasi burnout pada perawat.
Dengan
langkah-langkah ini, kesejahteraan perawat dapat ditingkatkan, yang secara
langsung akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.
Cara Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Hidup
Perawat
Meningkatkan
produktivitas dan kualitas hidup perawat adalah langkah penting untuk
memastikan mereka dapat bekerja secara optimal sambil tetap menjaga
kesejahteraan pribadi. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
1.Mengelola
Beban Kerja dengan Efektif.
Distribusi Tugas yang Adil: Membagi beban kerja secara merata di
antara staf perawat.
2.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Kondusif.
Membangun
Budaya Dukungan: Memupuk komunikasi terbuka antara
manajemen dan staf perawat untuk mendengar masukan dan keluhan.
REFERENSI :
Brewer K. How a “just culture” can improve safety in health care. Am
Nurse Today. 2011;6(6).
American Nurses Association. Position statements: assuring patient safety:
the employers' role in promoting healthy nursing work hours for registered
nurses in all roles and settings.
American Nurses Association. Position statements: assuring patient safety:
Registered Nurses' responsibility in all roles and setting to guard against
working when fatigued.
American Nurses Association, Revised position statement: Addressing Nurse
Fatigue to Promote Safety and Health: Joint Responsibilities of Registered
Nurses and Employers to Reduce Risks, 2014.
Caruso CC. Running on empty: fatigue and healthcare professionals.
Melville NA. Joint Commission recommendations address extended-shift
fatigue.
University of Maryland. Study reveals widespread fatigue, risk for errors
with 12-hour nursing shifts.
Cimiotti JP, Aiken LH, Sloane DM, Wu ES. Nurse staffing, burnout, and
health care-associated infection. Am J Infect Control. 2012;40(6):486–490.
Adapted from “Nursing fatigue and staffing costs: What’s the connection?,” by
Kimra Reed, BSN, RN, originally published in the April 2013 issue of Nursing
Management © 2013 by Lippincott Williams & Wilkins
American
Nurses Association (2010). Pernyataan posisi: Budaya yang adil. Diperoleh
dari https://www.nursingworld.org/~4afe07/globalassets/practiceandpolicy/health-and-safety/just_culture.pdf.
American
Nurses Association (2014). Mengatasi kelelahan perawat untuk meningkatkan
keselamatan dan kesehatan: tanggung jawab bersama perawat terdaftar dan pemberi
kerja untuk mengurangi risiko. Diperoleh dari https://www.nursingworld.org/~4afdfc/globalassets/ practiceandpolicy/health-and-safety/nursefatigue-position-statement-final.pdf .
Arnedt JT, Owens J, Crouch M, Stahl J, & Carskadon MA
(2005). Kinerja neurobehavioral penghuni setelah panggilan malam yang berat vs
setelah konsumsi alkohol. JAMA, 294, 1025–1033. [ DOI ] [ PubMed ] [ Google Scholar ]
Auerbach DI, Buerhaus PI, & Staiger DO (2017). Seberapa
cepat tenaga kerja perawat terdaftar akan tumbuh hingga tahun 2030? Proyeksi di
sembilan wilayah negara ini. Nurs Outlook, 65, 116–122, doi: 10.1016/j.outlook.2016.07.004. [ DOI ] [ PubMed ] [ Google Scholar ]
Bae SH, & Fabry D. (2014). Menilai hubungan antara jam
kerja perawat/lembur dan hasil perawat dan pasien: tinjauan pustaka sistematis.
Nurs Outlook, 62, 138–156. [ DOI ] [ PubMed ] [ Google Scholar
Feby
Surantri, Trisnawati, E., & Iskandar Arfan. (2022). Determinan Kelelahan
Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD DR. Soedarso Pontianak. Media
Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(7), 790–795.
https://doi.org/10.56338/mppki.v5i7.2249