UMKM di Indonesia Meningkat Perlu Peran Pemerintah, Sekolah dan Perguruan Tinggi

UMKM di Indonesia Meningkat Perlu Peran Pemerintah, Sekolah dan Perguruan Tinggi

 

1. Peran Pemerintah

A. Pelatihan untuk mendirikan, menjalankan dan mengembangkan UMKM

Disini peran pemerintah sangatlah dibutuhkan agar UMKM bisa tumbuh berkembang, karena pemegang tonggak aturan kebijakan ditangan pemerintahan, regulasi harus dapat membantu UMKM agar maju.

Seperti di DKI Jakarta peran pemerintah sangat luar biasa dengan mendirikan Jakpreneur dimana pelaku usaha terutama UMKM dibina, diberikan ilmu, diberikan sertifikasi halal bahkan alat-alat untuk menunjang usahanya, ada yang usaha makanan diberikan alat masak, usaha jahit, fasion diberikan mesin jahit dan lainnya. Usaha makanan yang sudah terlihat sekali, mereka diberikan kebutuhan-kebutuhan untuk menjang usaha para UMKM, bahkan pelatihan packaging, membuat logo usaha dan diajarkan cara pemasaran online. 

Setelah mereka bisa dan produk mereka punya nilai jual, dari pemerintah setempat jika ada kebutuhan makanan, baik snack box, rice box pesannya di anggota mereka sendiri, sehingga menghidupkan para UMKM.

Ini sangat luar biasa peran pemerintah bisa menghidupkan para UMKM, dengan membantu UMKM mendirikan, menjalankan bahkan bisa mengembangkan usaha mereka.

 

B. Lalu Lintas yang tidak sehat

Saat ini para pelaku UMKM dibidang souvenir, pakaian dan banyak bidang usaha lain yang tiarap, banyak mengeluh karena persaingan yang kurang baik. Kalau dahulu rantai usaha dimulai dari pabrik turun ke distributor, turun ke agen, turun ke pasar lalu ke pengecer, semua berjalan dengan baik dan saling menguntungkan.

Pengecer yang banyak dari pelaku UMKM, mereka berjualan di kaki lima,  bisa meraih untung dari jual satuan, jika ada pembeli datang ke distributor atau agen mau membeli satuan harganya lebih mahal dari pengecer, sehingga pengecer usahanya bisa hidup. Kalau mau beli banyak atau partai besar baru diberikan harga murah oleh distributor, inilah lalu lintas usaha yang sehat. Tapi saat ini pabrik langsung turun jualan bahkan pabrik dari negara lain yang merupakan produsennya langsung berjualan dengan menggunakan tangan-tangan calo, tangan jastip, tangan dari orang-orang yang menjual dengan harga pabrik, harga yang menjatuhkan para distributor, agen dan pengecer, bahkan penulis sering dapat telpon dari distributor “bos ada pesanan gak, sekarang sepi sekali akibat barang langsung dari negara asalnya, sekarang untuk makan dan bayar karyawan saja sudah alhamdulillah”, itulah keluhan dari distributor.

Penulis pun usaha souvenir, biasa mendapatkan proyek dari barang mentah sampai barang jadi, sablon dan printing, saat ini sudah jarang sekali, karena para pelanggan sudah membawa barangnya, seperti botol, awalnya mereka tanya ke saya “ botol A harga berapa untuk pesanan 500 pcs” saya jual harga Rp 11.000, karena modal belanja botol masih polos Rp 9.000 di distributor, upah sablon Rp 2.000 jadi nilai jual Rp 11.000.,-

Apa yang terjadi, pelanggan bilang “ kalau upah sablon saja berapa?” saya bilang “ Rp 2.000”, “ ok saya sablon saja ya.”

Saat barang datang, saya liat botol A, dan ada struk pembeliannya, ternyata pelanggan saya mendapatkan botol A tersebut di harga Rp .6.000, Saya pun terkejut, saya bilang “maaf bu, ini beli dimana ya, kok murah sekali, saya beli di pusat pembelanjaan souvenir harganya Rp 9.000” ibu itupun bilang “saya beli di online pak, langsung dari negara X”.

Itulah yang terjadi saat ini, jadi para UMKM pun teriak karena akses lalu lintas perdagangan sudah tidak ada batas dan sudah bebas karena mudahnya masuk produk dari dari luar negeri.

 

C. Regulasi Kokoh dari tangan Pemerintah

Dari permasalahan yang ada mengenai lalu lintas usaha yang tidak sehat pada point B diatas, maka disini dibutuhkan bagaimana lalu lintas itu dapat berjalan dengan baik, tidak ada  tabrakan satu sama lainnya, disini dibutuhkan lampu lalu lintas untuk dapat mengatur agar di tata dan menjadi tertib.

Pemerintah dibawah presiden harus memangggil menteri terkait, seperti menteri UMKM, menteri perdagangan, menteri perekonomian dan menteri terkait lainnya untuk membahas regulasi perniagaan di Indonesia, mulai dari aturan ekspor impor, standar kualitas produk dan lainnya, sehingga tidak seperti sekarang ini seperti jalan yang tidak ada lampu lalu lintas akibatnya banyak pusat perniagaan tutup.

Jadi kedepan diharapkan peran pemerintah lebih optimal karena plus minusnya penjualan online di tanah air.

 

2 Peran Sekolah dan perguruan tinggi

Lahirnya wirausaha tidak lepas dari peranan sekolah dan perguruan tinggi,  yang sebaiknya pengenalan dasar kewirausahaan sudah masuk ke sekolah dasar.

Lulusan perguruan tinggi dan SMA sederajat setiap tahun tidak diimbangi dengan lahan pekerjaan yang dibuka, bagi lulusan SMA jika orang tua ada dana untuk melanjutkan anaknya ke perguruan tinggi mereka akan memilih perguruan tinggi yang mana yang akan dimasuki, tetapi jika dari lulusan SMA orang tuanya tidak mempunyai dana, maka mengakibatkan bertambahnya jumlah angka pengangguran di Indonesia. 

Solusi dari permasalahan ini yaitu dengan memberikan motivasi untuk para mahasiswa maupun murid SMA/ sederajat dengan memberikan training bisnis sebelum kelulusan atau mengembangkan mata pelajaran kewirausahaan disekolah maupun perguruan tinggi dan pendidik haruslah dari praktisi agar apa yang diharapkan sesuai dengan yang diinginkan.

Pendidik bagi guru maupun dosen kewirausahaan sebaiknya dari praktisi bisnis, jadi bisa menceritakan susah senangnya menjadi pebisnis, bisa menceritakan bagaimana cara marketing dan bagaimana menyelesaikan permasalahan jika usaha ada hambatan, karena pebisnis itu tidak ada yang instant langsung sukses, semua butuh perjuangan. Guru bisnis seperti layaknya guru berenang, yang harus bisa berenang, mengajarkan teknik berenang dan jika ada murid yang tenggelam bisa diselamatkan bukan mati bersama karena sama-sama tidak bisa berenang, begitu pun dengan bisnis, bukan diajarkan dari buku-buku saja apalagi semua buku dari luar negeri yang jelas dari segi pelayanannya saja sudah berbeda dengan kebiasaan di negara kita, mereka memberi produk dengan tangan kiri itu sopan menurut mereka, kalau orang timur seperti di Indonesia itu sangat tidak sopan.

Seperti halnya menurut Nugroho, Rian (2014) yaitu:

”memasukan kuliah entrepreneur ke kurikulum bisa sia-sia karena yang mengajar bukan entrepreneur, melaikan guru-guru yang tidak pernah jadi pelaku usaha yang berhasil. Enterepreneurship hanya bisa diajarkan secara efektif oleh entrepreneur pula.  Karena entrepreneur tidak semata masalah pengetahuan dan keterampilan tetapi tentang nilai dan tentang jiwa.”

Dalam dunia bisnis tidaklah mudah, sebaiknya para lulusan yang telah membuka usaha dan dalam perjalanan bisnisnya mendapat suatu masalah, dapat bertanya ke guru atau dosen  mata pelajaran kewirausahaan, mereka butuh mentor yang selalu didampingi agar tidak mudah patah diperjalanan bisnis mereka.

Seperti dikemukakan oleh Turker dan Selcuk (2009) “Perguruan Tinggi diharapkan mampu menjadi sumber potensial wirausahan/ wati masa depan”,

Artinya   perguruan tinggi haruslah menciptakan para pelaku usaha yang dapat mengurangi angka pengangguran, dengan membuka usaha yang menyerap tenaga kerja, satu orang karyawan yang dipekerjakan berarti dari lulusan 1.000 orang sudah mengurangi angka pengangguran 1000 kepala.

Peran dunia pendidikan diharapkan mampu menciptakan wirausaha yang tahan banting, tidak mudah menyerah dan bisa maju sebagai pelaku usaha yang tangguh dan sukses.



Penulis:

Firdaus, SE, ME

Ketua Umum Dewan UMKM Indoensia Terpadu

Ketua UMKM MUI Jakarta Barat

Ketua UMKM DMI Tomang Jakarta Barat

Wakil Ketua UMKM Muhammadiyah Jakarta Barat.

 

 

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال