Mengawal Target Investasi Rp1.950 Triliun: Tantangan Besar di Tengah Ketidakpastian Global

Mengawal Target Investasi Rp1.950 Triliun: Tantangan Besar di Tengah Ketidakpastian Global

 

Opini oleh: Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom dan Pakar Kebijakan UPN Veteran Jakarta)

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai target investasi sebesar Rp1.950 triliun pada tahun 2025.

Target ini jauh lebih tinggi dari capaian tahun-tahun sebelumnya, terutama mengingat ketidakpastian global dan dinamika politik internasional.

Selain itu, realisasi investasi lima tahun sebesar Rp13.528 triliun yang direncanakan juga terlihat sulit dicapai, terutama jika berbagai hambatan domestik dan eksternal tidak segera diatasi.


Target Rp1.950 Triliun: Ambisi atau Realita?

Menargetkan angka Rp1.950 triliun merupakan sebuah ambisi besar, namun realisasinya diragukan.

Pertama, ketidakpastian geopolitik global menjadi faktor utama yang menghambat aliran investasi ke negara-negara berkembang.

Ketegangan di berbagai kawasan, seperti konflik Rusia-Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, dan dampak perubahan kebijakan ekonomi global, menciptakan risiko besar bagi investor.

Di sisi lain, kebijakan “America First” yang kembali ditekankan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam tren investasi ke luar negeri.

Dengan fokus untuk menarik kembali investasi ke dalam negeri (reshoring), perusahaan-perusahaan besar lebih mungkin mengalihkan modal mereka ke Amerika Serikat daripada menanamkannya di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Kepala BKPM, Rosan Roeslani, juga menyebutkan bahwa dengan anggaran Kementerian Investasi sebesar Rp681,8 miliar, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, pencapaian target ini menjadi semakin sulit.

Keterbatasan sumber daya untuk menarik investor, ditambah ketatnya persaingan dengan negara lain, mempersempit peluang Indonesia untuk mencapai target ini.

Dampak terhadap Tenaga Kerja Lokal

Tambahan investasi semestinya dapat mendongkrak penciptaan lapangan kerja. Namun, realitas menunjukkan bahwa dampaknya tidak selalu sejalan dengan harapan. Salah satu faktor yang menjadi perhatian adalah investasi dari China yang sering kali membawa tenaga kerja asing dalam proyek-proyek mereka.

Data menunjukkan bahwa pada beberapa proyek besar, porsi tenaga kerja asal China lebih dominan dibandingkan pekerja lokal, yang menimbulkan kekhawatiran terkait manfaat langsung bagi masyarakat Indonesia.

Sebagai contoh, investasi di sektor infrastruktur dan tambang sering kali menyertakan pekerja asing dengan alasan kebutuhan keterampilan khusus.

Hal ini menyebabkan tenaga kerja lokal kehilangan peluang untuk terlibat dan memperoleh manfaat dari proyek-proyek tersebut.

Selain itu, transfer teknologi dan keterampilan kepada pekerja lokal juga terbatas, sehingga potensi jangka panjang bagi pembangunan sumber daya manusia terhambat.

Hambatan lain yang mengurangi dampak penciptaan tenaga kerja adalah ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja lokal dengan kebutuhan industri.

Tanpa investasi yang cukup pada pelatihan vokasi dan pendidikan teknis, Indonesia akan terus menghadapi kesenjangan ini.

Proyeksi Tambahan Lapangan Kerja

Dengan target investasi Rp1.950 triliun, pemerintah memperkirakan dapat menciptakan 1,5 juta hingga 2 juta lapangan kerja baru.

Namun, tanpa penyesuaian strategi, angka tersebut sulit dicapai.

Tren lima tahun terakhir menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja dari investasi yang masuk sering kali tidak optimal, terutama pada sektor-sektor yang didominasi oleh teknologi tinggi dan padat modal, bukan padat karya.

Realisasi penciptaan lapangan kerja juga terhambat oleh regulasi yang belum sepenuhnya mendukung tenaga kerja lokal.

Misalnya, pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja asing masih kurang ketat, sehingga banyak pelanggaran yang tidak ditindak tegas.

Jika kondisi ini tidak diubah, investasi besar sekalipun tidak akan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Indonesia.

Realisasi Investasi Lima Tahun Rp13.528 Triliun:

Target yang Sulit Dicapai
Rencana jangka menengah untuk mencapai total investasi Rp13.528 triliun dalam lima tahun juga menghadapi tantangan besar.

Angka ini berarti rata-rata Indonesia harus mencapai Rp2.700 triliun per tahun.

Dengan melihat realisasi investasi pada tahun-tahun sebelumnya, di mana angka tahunan berkisar di bawah Rp1.200 triliun hingga Rp1.300 triliun, target ini terlihat jauh dari realita.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global akibat potensi resesi dan meningkatnya suku bunga di negara maju turut membatasi aliran modal ke negara berkembang.

Negara-negara pesaing seperti Vietnam, Filipina, dan Thailand juga menawarkan insentif investasi yang kompetitif, sehingga menarik minat investor asing.

Langkah-Langkah Strategis Investasi Indonesia ke Depan

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan strategis yang mencakup:

Pertama, Peningkatan Daya Saing.

Pemerintah harus memberikan insentif investasi yang lebih menarik, seperti keringanan pajak, simplifikasi perizinan, dan pembangunan infrastruktur pendukung.

Negara-negara pesaing sudah lebih dulu mengambil langkah ini, sehingga Indonesia harus mengejar ketertinggalan.

Kedua, Penguatan Regulasi Tenaga Kerja.

Pemerintah perlu menegakkan aturan yang memastikan bahwa investor asing memberikan prioritas kepada pekerja lokal. Selain itu, pengawasan terhadap tenaga kerja asing ilegal harus ditingkatkan untuk melindungi tenaga kerja Indonesia.

Ketiga, Investasi pada Pendidikan dan Pelatihan Vokasi.

Untuk mengatasi kesenjangan keterampilan, pemerintah harus fokus pada pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri. Investasi dalam pendidikan teknis dan pelatihan vokasional akan meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.

Keempat, Diversifikasi Sumber Investasi

Mengurangi ketergantungan pada satu negara seperti China dengan membuka peluang investasi dari negara lain akan memberikan stabilitas yang lebih besar.

Hubungan diplomatik dengan negara-negara maju perlu diperkuat untuk menarik lebih banyak modal asing.

Kelima, Hilirisasi dan Nilai Tambah

Fokus pada sektor-sektor yang memberikan nilai tambah tinggi, seperti hilirisasi industri tambang dan manufaktur, akan meningkatkan dampak investasi terhadap perekonomian nasional.

Catatan Penting

Target investasi Rp1.950 triliun pada tahun 2025 adalah sebuah ambisi yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, tantangan yang dihadapi, baik dari ketidakpastian global, keterbatasan anggaran, maupun hambatan domestik, menunjukkan bahwa pencapaian target ini tidak akan mudah.

Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis yang berfokus pada daya saing, perlindungan tenaga kerja lokal, dan diversifikasi investasi untuk memastikan bahwa target ini tidak hanya tercapai secara kuantitatif tetapi juga memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat Indonesia.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال