Panyabungan (KASTV) - ktivitas illegal PETI (Pertambangan Emas Tanpa Izin) ternyata kian hari kian marak di Kabupaten Madina. Usaha Kapolres Madina menertibkan PETI di wilayah Kota Nopan sepertinya tidak berdampak positif di wilayah hukum Polres Madina. Kapolres Madina dan unsur Forkopimda di minta untuk segera membentuk Tim Khusus atau Satgas Anti tambang ilegal dan melakukan tindakan tegas terhadap mafia tambang illegal yang telah melakukan perbuatan melanggar hukum, merusak ekosistem dan lingkungan.
"Kami mendesak Kapolres beserta Forkopimda membentuk Tim Khusus dan melakukan razia besar-besaran untuk memberangus habis aktivitas PETI ini di Madina dengan menangkap para toke/pemodal untuk dimintai pertanggungjawaban secara hukum.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua DPD KNPI Madina Khairil Amri Nasution kepada media seusai menerima laporan tim investigasi terkait masih maraknya aktivitas PETI di wilayah Batang Natal.
"Kita menagih janji Kapolres Madina saat menerima aksi demo kita, minggu kemaren, yang menyatakan tak akan ada aktivitas PETI di Madina bahkan Kapolres secara sesumbar menyatakan siap "potong kuping" bila masih ada aktivitas PETI. Kita menuntut langkah kongkrit terhadap aktivitas PETI masih marak di wilayah Mandailing Natal, khususnya di Wilayah Batang Natal dan Hutabargot.
Disebutkan, ketidak tegasan terhadap penindakan hukum telah memperkuat asumsi publik bahwa pemangku kebijakan Madina tidak memiliki langkah kongkrit dihadapan para mafia tambang. Pihaknya juga meminta jangan melakukan "tebang pilih" dan diskriminasi hukum dalam penertiban PETI.
Khairil Amri yang saat itu didampingi para Ketua Ormawa/OKP yakni Ketua Sapma PP Sarkawi, Ketua PC PMII Abdul Rahman, Ketua HMI Cab Madina Sanjaya, Ketua DPC GMNI Rajab Husein, Ketua PC SEMMI Adek Sahputra, Ketua DPP IMMAN Adi Lubis, Ketua GEJAM Awaluddin Lubis, Ketua GMPSU Pajarurrahman Nasution menandaskan, berdasarkan laporan tim investigasi di lapangan masih menemukan adanya aktifitas PETI menggunakan excavator di wilayah Batang Natal khususnya di Desa Ampung Siala, Desa Lubuk Samboa dan lain-lain
Ditambahkan, masyarakat Lubuk Samboa Kec Batang Natal sudah sangat resah dengan aktivitas PETI. Pasalnya, lebih 3 bulan ini ada dua alat eksavator yang secara bebas dan merajalela beroperasi di desa tersebut mengeruk bantaran DAS (Daerah Aliran Sungai). Laporan masyarakat kepada kita, aktivitas PETI di desa tersebut selain telah merusak alam, memporak porandakan lahan pertanian mereka, juga berpotensi mengundang bencana alam berbentuk longsor parah (abrasi) dan mengancam jembatan penghubung antar desa, karna excavator tersebut beroperasi di hilir dan hulu jembatan
Mereka juga mengungkapkan, aktivitas PETI tersebut diduga kuat "diback up' oleh aparat berinisial S.
"Kita juga minta pemerintah daerah, Forkopimda untuk sama-sama bersinergi menutup PETI dan aktifitas gelundung yang secara terang-terangan beroperasi di pemukiman warga. Dan mencari solusi bagaimana persoalan PETI di Madina tidak berdampak buruk bagi masyarakat di kemudian hari. tegas mereka.
Disebutkan juga, pada aksi bersama FPMB di Mapolres sebelumnya, mereka telah menyodorkan daftar nama yang diduga kuat sebagai bos tambang illegal di wilayah Kotanopan seperti Pawang, Ginda, Akbar, Irhan, Harahap, Bram dkk. Untuk nama mafia tambang illegal di wilayah Batang Natal diduga bernama Nasir, Bol, Safril, Provost India dkk. Begitu juga untuk wilayah hutabargot.
Diakhir statement mereka juga berencana dalam waktu dekat akan menentukan langkah pelaporan dan aksi secara berjenjang baik ia ke Mapoldasu dan Pemprov Sumut jika dalam waktu dekat tidak ada respon dari Kapolres Madina dan pemerintah daerah.
(Magrifatulloh).