Anggaran APBN, Pakar: Jokowi Boros, Prabowo Efisien dan Hemat

Anggaran APBN, Pakar: Jokowi Boros, Prabowo Efisien dan Hemat



JAKARTA - Pada era pemerintahan Prabowo, efisiensi anggaran menjadi prioritas dengan memangkas belanja yang dinilai membebani negara, terutama karena utang yang terus membengkak.

 

Pakar kebijakan publik, Jerry Massie menyatakan bahwa langkah pemotongan anggaran untuk proyek IKN dan 10 kementerian adalah keputusan tepat. Menurutnya, IKN bukanlah program prioritas Prabowo saat kampanye dan bukan pula tanggung jawabnya, melainkan ide yang sepenuhnya diinisiasi oleh Jokowi.

 

Jerry, yang juga Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies (P3S), menegaskan bahwa beban atas terbengkalainya pembangunan IKN harus ditanggung Jokowi, termasuk mencari sumber pendanaan untuk proyek ambisius tersebut. Dia menilai proyek ini sebagai buah dari "ide gila" Jokowi.

 

“Untuk menghemat anggaran, Prabowo memotong alokasi dana sejumlah kementerian. Misalnya, anggaran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah dikurangi sebesar Rp8 triliun, sementara Kementerian PUPR dipangkas Rp81,38 triliun, atau 73,74 persen dari total Rp110,95 triliun,” kata Jerry, Minggu (9/2/2025).

 

Tak hanya itu, anggaran untuk proyek IKN juga mengalami pemotongan drastis sebesar 75,02 persen, dari Rp6,91 triliun menjadi Rp4,81 triliun. Secara keseluruhan, ada 10 kementerian yang terkena pengurangan anggaran.

 

Jerry menyebut Prabowo sebagai pemimpin yang pro-rakyat, berbeda dengan Jokowi yang ia kritik sebagai pro-oligarki, lebih mengutamakan kepentingan kelompok kaya dan keluarganya.

 

“Selama era Jokowi, kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia naik hingga Rp176 triliun pada 2024. Sementara itu, terjadi pemborosan besar-besaran, seperti realisasi anggaran infrastruktur yang mencapai Rp282,9 triliun hingga Oktober 2024,” ungkapnya.

 

Sebaliknya, Jerry memuji pendekatan Prabowo yang lebih sederhana. Salah satunya terlihat dari pembangunan jalan tol sepanjang hanya 13 km. Dia menilai proyek infrastruktur besar-besaran Jokowi, seperti pembangunan 2.200 km jalan tol, 366 ribu km jalan desa, 1,9 juta meter jembatan, hingga 27 bandara, banyak yang tidak mencapai target.

 

Jerry mencontohkan Bandara Yogyakarta International Airport, yang menghabiskan Rp14 triliun tetapi sepi penumpang. Proyek-proyek seperti ini, katanya, hanya membebani negara karena kurang mempertimbangkan dampak ekonomi jangka panjang. Bahkan, beberapa proyek seperti Bandara Kualanamu dan sejumlah jalan tol dijual kepada investor asing karena dianggap merugi.

 

Ia juga mengkritik Jokowi atas tingginya utang negara yang mencapai Rp8.400 triliun saat masa jabatannya berakhir. Sementara itu, klaim dari DPR menyebut angka sebenarnya bisa mencapai Rp20 ribu triliun. Jerry juga menyinggung pengeluaran untuk buzzer yang disebutnya mencapai Rp75 triliun.

 

Menurut Jerry, Prabowo lebih bijak dalam mengelola anggaran. Sebagai mantan Danjen Kopassus, ia dinilai tidak boros dan berusaha menyelamatkan keuangan negara. Jerry juga menyoroti inisiatif Prabowo dalam memperbaiki kebijakan agraria, termasuk menangani konflik tanah yang ditinggalkan era Jokowi. Tercatat ada 2.939 konflik agraria dengan total luas 6,3 juta hektare yang memengaruhi 1,75 juta rumah tangga.

 

Prabowo juga menunjukkan kepeduliannya pada generasi muda Indonesia, dengan menganggarkan Rp460 triliun untuk pendidikan dan Rp171 triliun untuk program makan siang gratis serta layanan kesehatan gratis pada 2025.

 

Jerry berharap Indonesia bisa kembali berjaya seperti era Soeharto, dengan program seperti pembangunan 150 ribu SD Inpres, swasembada pangan, dan pertumbuhan ekonomi hingga 7,8 persen.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال