Direktur P3S: Indonesia Harus Sigap Hadapi Krisis Ekonomi Global

Direktur P3S: Indonesia Harus Sigap Hadapi Krisis Ekonomi Global


JAKARTA – Ketegangan ekonomi global semakin meningkat menyusul kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menaikkan tarif pajak internasional. Kebijakan ini berdampak pada puluhan negara, kecuali beberapa seperti Korea Utara, Singapura, Rusia, Kanada, dan Meksiko.

 

Negara-negara besar seperti China, India, Jepang, dan Thailand terkena dampak cukup serius dengan kenaikan tarif berturut-turut sebesar 34 persen, 26 persen, 24 persen, dan 36 persen. Akibatnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS jatuh drastis menembus Rp17.000 per dolar, posisi terendah sejak era reformasi. Terhadap euro pun, nilai tukar rupiah menyentuh Rp18.000.

 

Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai bahwa Indonesia perlu segera mengambil langkah strategis dan tepat dalam merespons situasi ini karena dampaknya sudah sangat terasa terhadap perekonomian nasional.

 

Sebagai solusi, Jerry menyarankan pemerintah untuk menggandeng penasihat ekonomi global seperti Ray Dalio, serta memperkuat jalur diplomasi ekonomi. Rencana kunjungan Ketua Kadin ke AS, menurutnya, merupakan salah satu upaya penting dalam menjalin komunikasi dan negosiasi terkait kebijakan fiskal yang diterapkan AS.

 

“Pentingnya membangun komunikasi bisnis dan mempererat kerja sama perdagangan dengan negara mitra strategis seperti Amerika Serikat. Menurut laporan JPMorgan yang dikutipnya, saat ini sekitar 60 persen ekonomi global sedang dalam tekanan akibat ketidakpastian geopolitik dan perubahan kebijakan fiskal di negara maju,” ujarnya, Minggu (6/4/2025).

 

Jerry juga menyoroti perlunya kehadiran ekonom andal yang punya pengalaman dalam menghadapi krisis, seperti mendiang Radius Prawiro, Widjojo Nitisastro, JB Sumarlin, hingga Rizal Ramli. Ia mengingatkan bahwa para tokoh ini pernah berhasil menekan inflasi dari 600 persen menjadi 10 persen dan menguatkan rupiah dari Rp16.800 menjadi Rp6.550. Pertumbuhan ekonomi era Orde Baru yang sempat mencapai 7,8 persen serta pencapaian Rizal Ramli yang mengubah pertumbuhan ekonomi dari minus 3 persen menjadi plus 4 persen juga disebut sebagai bukti nyata keberhasilan mereka.

 

Dalam kondisi saat ini, Jerry menyarankan pemerintah menggandeng tokoh-tokoh ekonomi senior seperti Boediono, Chatib Basri, Fuad Bawazier, serta para ekonom independen dari INDEF seperti Anthony Budiawan, Fitra Faisal, Januar Eko Prasetyo, dan Tauhid Ahmad. Ia juga mengusulkan agar pemerintah memanfaatkan potensi diaspora Indonesia yang berkiprah di luar negeri di bidang ekonomi global.

 

Jika memungkinkan, tambahnya, Indonesia dapat menjalin komunikasi atau kerja sama dengan tokoh internasional seperti Elon Musk, atau perusahaan besar seperti SpaceX, Tesla, dan X. Atau meminta Harry Tanoesoedibjo yang punya relasi bisnis dengan Trump, sebagai aset potensial dalam membangun hubungan yang menguntungkan. Harapannya, kebijakan tarif yang kini mencapai 32 persen bisa ditekan hingga 10 persen atau bahkan 5 persen,” ungkapnya.

 

Jerry mengingatkan, jika krisis ini tidak segera ditangani, nilai tukar rupiah bisa terus melemah hingga menembus Rp17.500, dan gelombang PHK di sektor-sektor seperti garmen dan furnitur menjadi ancaman nyata.

 

“Pentingnya negosiasi bisnis, komunikasi perdagangan, serta membangun kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan dengan AS dan negara mitra lainnya. Terakhir, urgensi pengisian posisi Duta Besar yang sudah kosong selama dua tahun sebagai bagian dari penguatan diplomasi ekonomi Indonesia,” pungkasnya.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال