Pengamat Politik Amerika: China Tak Akan Mampu Lawan Amerika

Pengamat Politik Amerika: China Tak Akan Mampu Lawan Amerika



JAKARTA - Pengamat politik Amerika, Jerry Massie, menyatakan bahwa China tidak akan mampu bersaing dalam perang tarif yang dipicu oleh Presiden AS Donald Trump. Menurutnya, PDB per kapita China hanya seper tujuh dari Amerika Serikat, sehingga tarif impor tinggi akan langsung menekan daya beli masyarakat kelas menengah di China. Sementara itu, Amerika memiliki PDB sebesar 30,34 triliun dolar dengan pertumbuhan 2,2% dan PDB per kapita mencapai 57.910 dolar, jauh lebih tinggi dibandingkan China yang memiliki PDB 19,53 triliun dolar, pertumbuhan 4,5%, dan PDB per kapita 13.870 dolar.

Jerry menilai, dengan perbedaan daya beli tersebut, masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di China akan paling terdampak. Sedangkan barang-barang Amerika masih bisa dijangkau oleh kelompok ekonomi atas di China. Ia memperkirakan, dalam situasi ini Amerika akan lebih diuntungkan.


Ia juga menyoroti ketergantungan industri komputer China terhadap teknologi Amerika, mulai dari software seperti Windows 11 hingga hardware seperti prosesor Intel dan AMD. Jika komponen ini dihentikan pasokannya, industri teknologi China akan terguncang hebat.


Dari sisi politik dan sosial, menurut Jerry, Amerika memiliki opsi tekanan lain, seperti pembatasan akses mahasiswa China ke universitas-universitas ternama di AS, peningkatan pajak untuk warga China di AS, hingga upaya mengambil alih bisnis China di berbagai kota besar Amerika. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada penarikan duta besar dan pelarangan hubungan warga antara kedua negara.


Sebagai contoh kekuatan nyata Amerika, Jerry menyebut keputusan Apple memindahkan pabrik iPhone dari China ke India dengan nilai investasi Rp3.850 triliun. "Bila langkah serupa diikuti oleh perusahaan seperti Levis, GAP, New Balance, ZARA, dan lainnya, dan memindahkan produksi ke negara seperti India, Vietnam, atau Korea Selatan, kerugian besar akan menimpa China," ujarnya, Rabu (16/4/2025).


Pemerintah AS baru-baru ini menaikkan tarif impor terhadap barang dari China hingga 245%, sebagai reaksi atas balasan tarif 125% yang sebelumnya diberlakukan China. Namun, setelah itu China menyatakan tidak akan melakukan eskalasi lebih lanjut.


Presiden Trump kini menangguhkan tarif terhadap negara-negara lain selama 90 hari untuk membuka ruang negosiasi, kecuali untuk China. Saat ini, lebih dari 75 negara sedang dalam proses menunggu untuk bisa berunding dengan AS.


"China mungkin lebih unggul dalam sektor pasar gelap dan ekonomi bawah tanah, namun secara resmi, posisi Amerika masih jauh lebih kuat. Apalagi dengan kemungkinan AS mengambil alih Terusan Panama—jalur penting bagi hampir 60% perdagangan dunia—maka posisi China dalam memasarkan produknya akan makin sulit," ungkapnya.


Keunggulan Amerika juga terletak pada dominasi dolar yang masih jauh lebih kuat dibanding mata uang Yuan.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال