Opini oleh
Saiful Huda Ems - Lawyer,
Analis Politik dan Aktivis '98
Pertemuan silaturrahmi antara Presiden Prabowo Subianto
dengan Ketua Umum PDIP, Ibu Megawati Soekarnoputri di kediaman Ibu Megawati di
Jl. Teuku Umar Menteng Jakarta Pusat, pada Senin (7/April/2025) yang lalu,
telah membawa angin segar kedamaian di Tanah air ini, setelah sebelumnya selama
beberapa minggu Indonesia diwarnai aksi demonstrasi yang sangat panas, membara
mulai dari kabupaten-kabupaten, Provinsi-Provinsi hingga Ibu Kota Jakarta.
Saya katakan Ibu Kota Jakarta karena realitasnya Jakarta
masih dijadikan pusat pemerintahan, meskipun UU nya menyatakan Jakarta sudah
berubah menjadi Daerah Khusus Jakarta (DKJ), bukan lagi Ibu Kota. Namun IKN
pada kenyataannya sampai sekarang masih mangkrak, dan menurut kabar terakhir
IKN mulai jadi markas tikus, karena selama beberapa bulan ini IKN diserbu oleh
jutaan tikus. Kalau tidak percaya, silahkan hitung sendiri atau menggunakan
jasa lembaga survei langganan Pak Jokowi, jumlah tikus-tikus yang menyerbu IKN
itu. Jadi ini bukan hoax.
Kembali pada persoalan pertemuan antara Pak Prabowo dan Bu
Mega di Teuku Umar, saya melihat masyarakat begitu antusias sekali mendengar
kabar itu, bahkan saya sendiri sempat menitikkan air mata, terharu, seolah
melihat adanya cahaya baru di gelapnya situasi ekonomi dan politik Indonesia.
Saya pikir jika ini terus berlanjut maka akan menjadi momentum terciptanya
Rekonsiliasi Nasional baru yang sejati, antara Pemerintah dan PDIP, wabil
khusus antara para pendukung fanatik Pak Prabowo dengan Ibu Megawati
Soekarnoputri yang selama ini tarung terus menerus di medsos.
Persoalannya kemudian sejauh mana benefit atau keuntungan
dan pengaruhnya pertemuan itu buat rakyat, yang saat ini mulai terjerat oleh
persoalan ekonominya? Juga terjajah serta terhina lahir batinnya oleh ulah
prilaku koruptor-koruptor kakap, yang menggarong uang atau kekayaan negara?
Inilah masalahnya yang harus dikaji terlebih dahulu secara mendalam.
Rekonsiliasi nasional juga tidak akan terasa manfaatnya,
manakala istana masih menjadikan koruptor-koruptor sandera politiknya sebagai
menteri yang menduduki pos-pos strategis di Kabinet, sedangkan di sisi lain
orang-orang yang sangat kritis pada mereka dan pada Jokowi yang sebelumnya
menjadi presiden, semisal Mas Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP malah ditahan oleh
KPK untuk tuduhan yang sangat absurd?.
Maka karenanya menurut hemat pikiran saya, Rekonsilisasi
Nasional ini tidak akan terwujud dengan baik, sebelum pertama, Mas Hasto
Kristiyanto dibebaskan dari tahanan KPK, lalu direhabilitasi nama baiknya, dan
kemudian di masukkan di Kabinet Pemerintahan Prabowo sebagai wujud terimakasih
Pemerintahan Pak Prabowo pada Mas Hasto yang dengan berani dan tekun
mengkritisi kebijakan menyimpang Pemerintahan Jokowi selama ini, serta sebagai
bentuk permohonan maaf Pemerintahan Prabowo secara tulus, yang telah menahan
Mas Hasto yang tidak bersalah.
Pak Presiden tidak perlu khawatir dituduh mengintervensi
lembaga penegak hukum, apalagi KPK yang sifatnya hanya Adhock. Ada doktrin
dalam Ilmu Hukum Tata Negara yang menyatakan,"Dalam kegentingan yang
memaksa, Presiden dapat melakukan tindakan di luar konstitusi". Istilahnya
Dictator Constitutional. Ini berbeda jauh dengan apa yang pernah dilakukan oleh
Rezim Jokowi, yang bolak-balik melanggar konstitusi bukan karena kegentingan
negara yang memaksa, melainkan kegentingan anak, menantu dan adik iparnya untuk
sesegera mungkin menjadi pejabat negara. Beda jauh, sangat tidak tepat
pelaksanaannya dengan Doktrin dalam Ilmu Ketatanegaraan tsb.
Saya masih sangat ingat betul, Mas Hasto pernah berkata pada
saya berkali-kali,"Mas Saiful, sampai saat ini Pak Prabowo masih positif
dalam pandangan kami, yang saya lawan itu bukan Pak Prabowo melainkan Pak
Jokowi yang menzhalimi kami !". Jadi, jika melihat fakta ini, berarti
sesungguhnya secara pribadi antara Mas Hasto dengan Pak Prabowo itu sama sekali
tidak memiliki persoalan apa-apa, lalu kenapa tidak Pemerintahan Prabowo
melalui KPK nya tidak sesegera mungkin membebaskan saja Mas Hasto dari tahanan
KPK yang tuduhannya mengada-ada dan sangat lemah menunjukkan bukti-buktinya?.
Kedua, Rekonsiliasi Nasional juga tidak akan pernah terwujud
secara nyata (bukan pura-pura), selama beberapa menteri yang terindikasi
korupsi dan sebagian pernah berurusan dengan hukum di Kejaksaan Agung dan KPK,
terus dibiarkan tetap menjabat sebagai menteri. Ini selain akan membuat
berbagai kebijakan Pemerintahan Prabowo tidak didukung oleh rakyat, juga
berakibat kebijakan-kebijakan itu menjadi tidak efektif dan membuang-buang
anggaran negara saja.
Ketiga, Pak Prabowo Subianto itu sudah mulai banyak
ditinggalkan oleh para pendukungnya di masa Indonesia mulai memasuki masa
krisis ekonomi seperti sekarang ini. Yang tersisa hanya tinggal masyarakat
(maaf) yang awam politik dan para Buzzer Borongan Jokowi, yang getol
mengkampanyekan Gibran dan memberitakan tingkah pola Jokowi yang jadi
presiden-presidenan di jalanan mulai dari Kota Solo dan sekitarnya.
Apabila Pak Presiden Prabowo tidak jeli mengikuti
perkembangan situasi politik ini lantaran sibuknya tugas-tugas kenegaraan Pak
Presiden, maka Pemerintahan Pak Prabowo saya khawatirkan akan segera mengalami
keguncangan hebat oleh serbuan massa demonstran yang dipicu oleh krisis ekonomi
dan ketidak percayaan rakyat pada Pemerintahan Pak Prabowo di hari-hari dekat
mendatang.
Keempat, oleh karena itu silaturrahmi pertemuan antara Pak
Prabowo dan Bu Megawati Soekarnoputri sebaiknya terus menerus dilanjutkan, dan
sebisa mungkin menghasilkan keputusan-keputusan konkrit yang bermanfaat untuk
pembenahan managerial negara, seperti sesegera mungkin mereshuffle para
menterinya yang tidak kompeten dan menggantinya dengan orang-orang profesional
di bidangnya.
Ada tokoh fisikawan Indonesia yang brilian yang selama ini
luput dari teropongan istana, namanya Dr. Haidar Alwi alumnus ITB dan
Universitas di Kota Scenectady negara
bagian New York Amerika Serikat, untuk sekolah lanjutan Pembangkitan di General
Electric, yang selama beberapa tahun ini dikenal luas sebagai tokoh utama
penggerak Relawan Jokowi. Beliau bisa bapak Presiden Prabowo pertimbangkan
sebagai Menteri ESDM menggantikan Bahlil, atau minimal di posisi Kepala Kantor
Komunikasi Kepresidenan menggantikan Hasan Nasbi yang sangat buruk komunikasi
publiknya.
Bang Haidar Alwi ini sangat genius dalam memetakkan sumber
daya alam di Indonesia, khususnya untuk konteks bisnis pertambangan, hingga
beliau beberapakali menawarkan solusi pembayaran hutang luar negeri Indonesia,
yang menumpuk dari hasil hutang Rezim Jokowi. Jaringan politiknya di kalangan
alim ulama Nusantara juga luar biasa banyaknya.
Ada pula Presiden Partai Buruh dan Presiden KSPI, Bang Said
Iqbal yang sangat lihai menginventarisasi persoalan perburuhan di seluruh
Indonesia dan cermat membuat solusi-solusinya, seperti yang kemarin
direkomendasikan Bang Said Iqbal pada Pak Probowo mengenai Pembentukan Satgas
PHK dll., yang kemudian direspon dengan baik oleh Pak Prabowo.
Bang Said Iqbal yang lulusan Tekhnik Mesin dan dilanjutkan
dengan perolehan master di Bidang Ekonomi Universitas Indonesia ini, termasuk
salah seorang tokoh aktivis internasional. Beliau bahkan pernah meraih
penghargaan tokoh buruh terbaik dunia, dari The Fabe Elisabeth Falazquez Award
oleh Serikat Pekerja Belanda, FNV.
Lalu ada lagi Cendekiawan Perempuan tangguh yang suara-suara
kritisnya kerap menembus dinding-dinding istana dan meramaikan jagat medsos,
serta kampus-kampus dalam dan luar negeri, Teh Prof. Connie Rahakundini Bakrie
yang sangat populer sebagai Analis Militer dan Pertahanan, serta dekat dengan
Presiden Vladimir Putin dan dipercaya oleh Rusia dengan salah satunya menjadi
Guru Besar Universitas St. Petersburg Rusia.
Universitas St. Petersburg
di Rusia ini merupakan pusat sains dan pendidikan terkemuka di dunia.
Jadi sayang sekali jika ada tokoh akademisi terkemuka seperti Teh Prof. Connie
Rahakundini Bakrie ini, yang diapresiasi dengan baik oleh negara Adi Daya
(Rusia) ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintahan Pak Prabowo
Subianto.
Dari empat nama yang saya sebutkan di atas, saya sepertinya
sedikit banyak telah mengetahui integritas keilmuannya, serta kejujurannya,
karena saya juga lumayan cukup intensif berkomunikasi dengan beliau semua,
kecuali komunikasi yang terhenti dengan Mas Hasto Kristiyanto, karena sampai
saat ini masih ditahan oleh KPK, sebagai korban kriminalisasi Mafioso Solo yang
nampaknya menggunakan operator-operator politiknya di KPK.
Kelima, saya berharap dengan mengangkat empat orang
tersebut, ditambah lagi dengan tokoh-tokoh kritis atau profesional
berintegritas Indonesia lainnya yang Pak Prabowo percaya, saya haqul yakin
Indonesia akan siap menghadapi tantangan krisis ekonomi, sosial dan politik ke
depan.
Karena hal itu akan menjadi bagian dari strategi terciptanya
Demokrasi Partisipatoris, yang akan membuat rakyat kompak bersatu untuk
mendukung berbagai kebijakan Pemerintah, serta menjadi kuat, tahan banting
menghadapi berbagai ancaman badai persoalan bangsa dan negara apapun bentuknya,
setujukah Pak Presiden?...(SHE).
---